Aku. Aku yang membuat tulisan ini. Buat kamu. Iya kamu. Kalian. Iya kalian. Laki-laki yang akan beranjak menjadi pria yang dewasa. Pria yang akan mendampingi dan didampingi seorang wanita kelak.
Kamu. Pantasnya kamu menjadi yang dibanggakan, yang bisa mencintai dan dicintai, bisa menghargai dan harusnya dihargai. Selayaknya kamu mengerti makhluk yang akan kamu temani dan menemanimu sampai ajalmu. Sangat layak untuk itu.
Wanita. Wanita itu mudah tergores hatinya. Terlalu sensitif dan terlalu lembut. Terlalu tipis untuk kamu sobek. Ketika ia menangis, ia hanya perlu kau dekap. Dengarkan dan tolong sekali lagi, dengarkan saja ia bicara. Terkadang ia hanya butuh kau dengar, bukan kau gurui. Ia hanya ingin kau pahami hatinya, rasakan dengan hatimu. Walau hanya segaris saja kau membuka matamu, tetapi tetap bukalah. Pandanglah apa yang matanya katakan. Cobalah dan kau akan mengerti, mencoba tidak susah bukan? Rasakan yang ia ingin kau juga rasakan. Jangan kau alihkan, jangan kau lalaikan tetapi selesaikanlah. Tenangkan jiwanya karena ia selalu menggunakan perasaan. Katakanlah bahwa tidak semua harus memakai perasaan. Banyak yang perlu dipikirkan tanpa harus menggunakan hati. Katakanlah dengan pelan ketika ia telah bungkam, terbawa oleh tenangmu. Merasakan kasihmu, merasakan adamu, yang memperhatikannya.
Hubungi ia saat ia di dalam diam, ia menunggumu. Ia terlalu takut untuk mengungkapkan. Ia terlalu lemah untuk menahan air matanya di depanmu. Mengertilah bahwa ia tak sekuat kamu. Mengertilah bahwa ia terlalu peka.
Tolong.