Pagi datang. Aku masih harus melewati malam lagi baru ke Jakarta. Di pagi itu aku langsung mandi dan berjalan-jalan mengelilingi Istana Bogor yang berlatar Gunung Salak itu. Capek juga, kalau diliat sih biasa saja tetapi saat aku mengelilinginya haduh gede be’eng (atau banget gitulah, bahasa gaul tuh). Kembali ke kamar. Sore, malam dan pagi.Yeeee waktunya pulang. Persiapan selesai dan berangkat pulang. Perjalanan hanya 1 jam ke Jakarta. Sampai di Jakarta aku langsung berkumpul di SMPku bersama teman-temanku untuk perjalanan ke Kota Tua Jakarta. Capek juga sih tapi aku kangen sama teman-teman (nggak capek-capek ya nih bocah). Aku berlima dengan teman-temanku berangkat naik kereta ekonomi jurusan Bogor dan turun di Stasiun Kota.
Sampai di sana, kami jalan-jalan, makan, foto-foto. Lalu karena sudah terasa bosan, akhirnya kami melanjutkan perjalanan, kami ke Menteng. Lalu kami mengantri busway, tapi sialnya tutup karena ada demo! Huh. Akhirnya naik kereta lagi jurusan Bogor (Bogor lagi). Di perjalanan aku melihat Monas, iiih bikin miris dah. Kan aku ingin ke sana karena aku belum pernah ke sana (menyedihkan, 15 tahun di Jakarta meen!! Nggak pernah ke Monas). Macam mana pula yak?? Cita-citaku belum terwujudkan. Tapi karena keretanya nggak berhenti, jadi pupuslah sudah harapanku (hiks hiks...). Sampai di perhentian berikut, turun di stasiun Gondangdia, Menteng. Dari stasiun situ, kami jalan ke Taman Menteng tapi kami nggak tau jalan. Pas nanya sama orang, buseeet et et jauh beneng (bahasa gaul lagi). Terusnyaaa, kami naik bajaj deh. UNTUK PERTAMA KALI. Aduh serasa anak kampung, nggak pernah ini itu. Jadi merasa ndeso ngahahahahaha. Ampuni aku DJ.
Dan sesampainya di Taman Menteng, wow rame banget. Ada orang yang latihan basket, futsal dan yang paling keren tuh skateboard. Wiiiiw ajib dah. Ya langka selanjutnya (anak muda jaman sekarang) ya ngeceng dan foto-foto hahaha. Tapi aku nggak ikut-ikutan lho. Jaga image wkekekekeke. Biasa anak rumahan yang jarang keluar. Nggak berani bertingkah. Ke Monas aja nggak pernah gimana mau melakukan hal yang lebih “waaah”??
Setelah puas kami istirahat sebentar dan jam menunjukkan pukul 4, kami memutuskan untuk pulang tapi nggak tau jalan. Akhirnya nanya orang lagi deh. Dan aku memberanikan diri untuk bertanya pada pak isilop (dibalik ‘polisi’ maksudnya) yang sedang nangkring di bawah pohon depan rumah besar di Jl. Diponegoro. Lalu kami dianjurkan naik PATAS (patas tuh bukannya ‘gerah’ ya? Eh panas deng! Apaan sih, Laras?). Wuiiih selon amet (berani maksudnya). Ya daripada ditinggal sendirian kan “pardut” (parah, duut) hhe. Ya akhirnya naik patas 216 kalau tidak salah. Kami berdiri hingga air perjuangan (keringat) mengucur deras karena lelah dan pengab. Penat dan penuh sekali. Pas di patas, ada pengamen berwajah tampan menyanyikan lagu ST12 hoho (penting nggak?). Hingga kami berhenti di perhentian terakhir Kp. Melayu. Dan turun satu persatu hingga berpisahlah kami.
Selesai.
No comments:
Post a Comment