Dia, laki-laki. Belum begitu paham dia seperti apa. Kelihatannya
rajin beribadah, setiap Minggu ke gereja meskipun sendiri. Sering mondar-mandir
di kampus, ketawa sana sini... Iya dia manis dengan gigi mungilnya yang rapi. Meskipun
dia memiliki tubuh yang kurus dan cukup tinggi, dia terlihat menarik dengan matanya
yang tajam, anak ini lucu. Sumpah. Aku nggak bohong.
Belum begitu paham dia menyukai apa. Kelihatannya menyukai
banyak kegiatan. Menyibukkan diri di kampus dan organisasi lain, menyibukkan
kaki dengan menggiring bola di lapangan futsal, tidak bisa diam. Fisiknya kuat,
keras kepala. Sudah tau sakit, masih saja ngeyel. Itu pandangan keduaku.
Tidak sedikit yang beranggapan bahwa aku memperhatikannya karena
aku memberinya patokan. Dia seperti orang yang pernah aku kenal dulu. Dia
seperti laki-laki sipit yang dulu, laki-laki pemilik hobi futsal dan
menyibukkan diri yang dulu. Dia seperti laki-laki yang pernah menyebutku egois, keras kepala, ambekan dan cemburuan atau dia seperti laki-laki yang pernah berjuang untukku.
Tidak. Sungguh. Dia tidak membuatku ingat tentang hal-hal yang kemarin. Dia membukakanku buku yang baru,
seperti itu.
Semoga saja baik dan dia juga aku benar bertahan. Semoga dia bukan yang senangnya sementara-sementara saja. Semoga juga dia bukan yang suka menebar-menebar harapan. Semoga dia bukan yang hanya manis di kata-kata saja. Dan semoga saja dia bukan yang kata dan perbuatannya berbeda. Aku memang belum yakin tetapi dalam nama Tuhan aku ingin
kembali menyelinap ke dunianya, mencoba lebih mengenalnya, mencoba tertawa lagi. Bahkan dari sekian orang yang pernah mencoba, entah mengapa
hati ini ingin kutitipkan padanya. Apa aku terlalu lama sendiri? Atau terlalu cepat yakin? Atau aku salah? Salah yang bagian mana? Aku hanya takut cinta datang terlambat dan dia pergi mencari
tujuan lain...
nah, laras ga cerita nih :)
ReplyDeleteCiehh laras akhirnyaaaa...hahhaaa
ReplyDeleteKan udah aku kasih tau hehehehe
ReplyDelete