Sungguh hati rasanya ingin memaki.
Bisu ini perlahan membekukan.
Entah resah apa yang aku pikirkan.
Bagaimana bisa diam membuatku mati.
Kacau bagai dicabik-cabik belati.
Tawa ini menyimpan beribu anggapan.
Namun kau tahu hati ini bukan taruhan.
Kamu begitu... acuh tak acuh. Membingungkan jalan yang sudah kugambar. Ya memang caramu selalu penuh logika.
Namun kian kini semua tentangmu.
Lintas wajahmu, tebal alis, tajam mata, juga lekuk hidung dan bibirmu.
Adakalanya biru ini tak dapat aku tepis.
Bahkan kagumnya tetap tidak terlukis.
Kamu begitu... menghanyutkan. Dengan simpul senyum dan lembut sentuhan. Ya memang aku saja yang terlalu perasa.
Bersyukurnya masih bisa bersamamu, dalam nama Tuhan, teman hidup.
Pada tanggal, bulan dan angkamu, di tempat ini doa-doa baik terucap untukmu.
Sampai jumpa di kesempatan berikutnya.
Saya menyayangi kau.
No comments:
Post a Comment