Dua puluh dua. Umur baru yang sudah bisa dibilang dewasa,
mungkin. Tapi entah buatku mungkin belum cukup jika hanya umur saja yang
menjadi parameternya. Perilakuku juga perlu didewasakan, masih dalam proses.
Ibu, Bapak terima kasih ya meskipun jauh aku tau kalian merawatku dan
membesarkan aku lewat semua transferan-transferan bulanan hehe dan lewat doa
kalian setiap pagi dan malam juga di setiap besitan ingatan kalian. Terima
kasih.
Aku lupa. Kalau hari itu tanggal 5 dan tidak seperti
biasanya, hari itu aku enggan membuka handphoneku karena Selasa adalah hari
yang sangat padat. Dari semalam Ayun menginap untuk kuliah pagi Farmakoterapi.
Bangun tidur, berangkat jalan kaki bersama Nanda juga dan semua berjalan
seperti biasa dan rasanya biasa saja. Selesai Farmakoterapi dilanjut kuliah Komunikasi-Informasi-Edukasi. Arie dan
Aisha menyodorkan tangannya dan mengucapkan selamat uang tahun disusul Yoan.
Bingung, lihat tanggal di iPhone Aisha dan ya tanggal 5 hahaha bodoh. Kuliah
mengantuk... Kemudian lanjut menengok laboratorium mencit untuk urusan skripsi
lalu jam tiga sore langsung diskusi Problem Based Learning. Aris yang jadwal
Selasa adalah Praktikum Fitokimia (dengan laboratorium yang selalu aku lewati
untuk menuju laboratorium mencit), tidak aku lihat batang hidungnya. Mau pulang
bareng... Tapi dihubungi saja tidak bisa.
Pulang terburu-buru saja karena Romo telfon dan kebelet
pipis, katanya bertemu saja di Jogja, di Surabaya kapan-kapan lagi Romo
berkunjung. Rasanya gerah sekali hari itu dan semua perilaku teman-teman terasa
janggal. Nanda dan Ayun yang selalu bermain mata saat kuliah Farmakoterapi,
Ayun yang selalu mengulur-ulur waktu perjalanan pulang dan entah mengapa cara bicaranya
saat menjawab telfon sangat keras sekali. Tapi curigaku sama sekali tidak
muncul karena Ayun memang ya uniklah...
Sampai kosan, naik tangga dan entah terasa aneh. Terasa
ramai tapi tidak ada suara. Masuk kamar, hendak membuka kunci tetapi kamar
tidak terkunci. Kubuka kamar lalu... banyak balon di lantai entah berapa
jumlahnya, di dinding ada hiasan dan di kasur ada Leo juga sebuah scrapbook.
Kubuka halaman pertama, ada foto teman kuliahku Imania. Kubuka lanjut-lanjutnya
ada foto sahabat-sahabatku sejak SMP; Ruth, Puput, Adit, Nia, Vera. Makin
menganga mulutku, ada foto Anggita juga teman lainnya. Nggak paham lagi ini kerjaan siapa.
Di halaman terakhir aku buka, ada foto yang sangat tidak terkontrol wajahnya.
Dengan kata-katanya yang sederhana dan... panggilan khasnya untukku ‘R. A.
Kartini’. Dari Aris. Pipiku basah keringat dan air mata. Kutengok luar kamar
sepi, kuturun kamar cuma ada Vinny dan Mia, adik kos aku. Mereka bilang itu
ulah mereka, kupeluk mereka dan aku kembali ke kamar tiba-tiba jadi beser. Engep,
kubasuh wajahku dengan air, Vinny menggedor kamarku. Selesai cuci muka, kubuka
pintu kamar dan entah aku senang kaget atau apa. Ada Vinny, Mia juga di
belakang mereka ada Aisha, Imania, Ayun, Nanda, Mona, Enny, Ratih, Felita juga
Indah sahabat Aris dan ada Aris juga bawa kue, ada Muis juga Arie disusul
Wilman juga Mamat yang ada di teras kosan. Terima kasih sekali perhatian
kalian.
Kubuka handphoneku ternyata banyak sekali ucapan dan Ibu
kelimpungan mencariku karena aku belum membalas chat dan teleponnya. Maaf ya,
Bu. Editan foto dari Ibu membuatku terharu, Ibu yang baru bisa edit-edit foto
sekarang makin canggih saja, aku jadi rindu Ibu, Bapak dan Mas.
Lanjut dari itu, di halaman terakhir scrapbook ada ‘clues’.
Dalam ruangan, Kotak besar, Terlipat. Setelah berjam-jam kucari ternyata ada
kemeja biru donker yang sangat manis sekali terlipat di dalam lemari baju di
kamarku. Terharu lagi. Kebiasaan. Astaga benar-benar penuh kejutan. Katanya
mereka semua mempersiapkan ini dari jauh-jauh hari. Ini adalah alasan mengapa
Ayun pulang duluan waktu menginap di apartment Cece, alasan mengapa weekend-nya
susah kuajak pergi karena penuh janji yang tidak Ia sebutkan, mengapa Aris
belakangan ini menjadi begitu menyebalkan dengan alasannya yang selalu diskusi
Semi Solida dan aku ya nggak bisa marah kan, mengapa Aris membiarkan aku makan
sendiri kemudian update di Path lagi makan rawon kan kurang ajar, mengapa Aris
membiarkan aku nonton di bioskop sendiri ternyata lagi nyiapin scrapbook ,mengapa
Aris nggak bisa nemenin aku ke gereja ternyata pergi sama Ayun dan Mamat buat
cari kado, mengapa Aris susah dihubungi ternyata karena handphonenya mati lagi
nggak di kontrakan, mengapa Aris nggak di kontrakan dan nggak bilang kalo lagi
pergi, mengapa Aris nggak ada di laboratorium ternyata dia cabut praktikum buat
otak-atik kamar kosan aku yang perlu izin semua mbak-mbak kosan, gila. Nggak
waras kamu, Ris.
TAPI TERIMA KASIH. Untuk teman-teman juga kamu.
Aku senang sekali. Bukan karena semua kado-kado dari kamu
dan teman-teman, tapi karena semua usaha kamu yang katanya pertama kali ngasih
suprise untuk cewek dan melibatkan semua temen-temen aku. You made my day, for
sure.