Meski terhambat kesehatan dan 'perintah' yang hanya bisa dijawab dengan 'siap', tetap ikhlas dilaksanakan sebaik mungkin. Meski menjadi mahasiswa baru setahun lebih cepat dariku dan lulus pada tahun berikutku, tak patah asamu.
Keadaan ini mendekatkan keluarga yang terpisah jarak, mengakrabkan keluarga yang terdidik mandiri. Tuhan tau kami saling membutuhkan, Terima kasih Tuhan.
Pelintas batas, julukan yang mereka 'titeni' untukmu. Sangat memuaskan di garis tertinggi.
Untuk apa pandai jika akhirnya menyakiti? Apa guna menjadi saintis jika tidak bisa bersosialisasi? Keseimbangan hati dan pikiran, itu kuncinya. Tak perlu berambisi untuk menjadi yang terbaik karena semuanya ada di hati.
Selamat, Doktor! Mengenai belajar tak kenal waktu, semoga selalu menginspirasi generasi mudamu.
Yang tak habis bangganya, anak gadismu.
Yogyakarta, 17 April 2017.
No comments:
Post a Comment