Glad to see you here, enjoy it! Thank you.
My photo
Jakarta, Indonesia
I'm not good at saying so I’m writing.

Tuesday, September 1, 2009

DASAR LAUT TERINDAH UNTUKKU

Pada liburan tengah tahun lalu, aku menghabiskannya di luar Pulau Jawa. Sebagai hadiah kelulusanku, di daerah Lombok Barat ku di bawa berlibur oleh keluargaku. Selama 2 minggu kami menetap di sana sebagai wisatawan dalam negri. Kami beristirahat di pondok sederhana di pinggir pantai. Itu semua karena aku yang memintanya. Begitu memukau pemandangan di sana.

Pasir putih di bibir pantai, pohon kelapa membentengi pondokku, kepiting kecil berjalan menikmati hidup, anak kecil bermain layangan tanpa lepas dari senyumnya dan orang tuanya yang sibuk ke tengah laut untuk mencoba menerima hidupnya yang pas-pasan. Angin yang sekilas membelai rambutku, membuatku bisa menutup mata sejenak menikmatinya. Ketika ku coba membuka mata perlahan, terasa angin berhembus mencoba memanggil namaku, Laras.

Siang itu, aku meluncur ke peraduanku. Tempat biasa ku menaruh rasa lelahku, tempat biasa ku menaruh rasa resahku, tempat di mana sahabatku berkumpul, juga tempat di mana peristiwa itu terjadi. Di mana kakekku menghilang meninggalkanku karena kecelakaan pesawat. Kejadian itu membuatku tidak bisa bersamanya lagi sejak 13 tahun yang lalu, saat aku berumur 2 tahun. Di bawah laut. Di dalam kesejukan alami. Di mana Tuhan menciptakan keindahan itu untukku.

Aku tidak pernah membenci laut karena masalah kakekku itu. Malahan, aku makin ingin menyatu dengannya. Dalam arti bukan ingin mati tertelan laut juga, tapi aku ingin sekali bersahabat dengan laut dan segala penghuninya.

“Aku merindukan kakekku. Aku memang tidak pernah melihatnya secara jelas. Akupun tidak dapat mengingat wajahnya secara sempurna. Namun, ibuku pernah membantuku untuk mengingatnya dengan menunjukkan fotonya. Raga yang gagah di bungkus oleh pakaian dinas Angkatan Udara, di bahunya melekat tanda 2 bintang yang menandakan bahwa kakekku adalah Letnan Jenderal, seorang pemimpin yang masih di katakana muda dan di banggakan. Di atas bibirnya terlukis kumis tipis yang membuatku begitu bangga karena ketampanannya. Ibu juga selalu bilang bahwa dia sangat senang menggendongku saat aku masih kecil. Ingin sekali aku bertemu lagi, merasakan kehangatan seorang kakek. Mungkin harus menunggu keajaiban dulu ya atau aku yang harus berpulang ke tempat kakek berada, untuk bisa melihatnya. Dan aku akan menunggu sampai Tuhan merindukanku pulang.”

***

Setiap hari aku menghabiskan waktu untuk menyelam ke dalam laut yang bening itu, sehingga dapat menampakkan keindahan di dalamnya. Berusaha keras tuk berkawan dengan ikan-ikan yang sepertinya mengerti perasaanku bahwa aku merindukan sang kakek. Di bawah laut, aku mencoba menikmati indahnya pemandangan bawah laut yang pasti tidak semua orang bisa melihatnya secara nyata. Di dalam situ juga aku merasakan indahnya kebersamaan.

Terlihat difokus mataku, kawanan ikan yang berlomba-lomba mengejar ujung lautan, para tumbuhan laut yang menar-nari, seirama dengan bunyi rantai jangkar yang tertimbun entah berapa lama di sampingnya.Ingin kurasakan kenikmatan itu, ketenangan itu, kupejamkan mataku sejenak dan bersandar pasrah di air bebas yang tidak mungkin menopang tubuhku.

Suatu kejutan yang membuatku terenyak di tempat. Ketika kubuka kedua mataku, sungguh! Membuat kedua mataku hampir berlari dari pelupuk mataku. Ikan-ikan mengitariku dan membuatku terpukau dengan posisi mereka. Berbaris dengan jarak yang sama rata. Karena hal itu, aku segera kembali ke permukaan laut. Aku memanggil kakakku dan menyuruhnya bergegas mengganti pakaiannya dengan baju selam dan mengambil kamera anti air miliknya, aku memintanya untuk mengabadikan pemandangan ini karena hobinya adalah mengabadikan tiap peristiwa di bawah laut. Meski agak gemas juga karena kakakku sempat melongo melihat keadaan itu, akhirnya dengan pakaian selamku, aku dan penjaga pantai bergaya di tengah ikan-ikan itu. COOL!! AMAZING.

Dan “blup!!”, tiba-tiba semua gelap dan aku terbangun. Aku bisa bernafas di air? Aku berenang sekilat ikan. Aku mengerti bahasa ikan, aku bisa melepas tabung oksigenku, aku bisa bicara dengan mereka. Dan tubuhku membeku sejenak ketika aku melihat bayangan seseorang mirip seperti di foto yang pernah ibu tunjukkan. Sangat familiar wajah itu di benakku. Foto kakek. Kakek? Astaga mimpikah ini? Dan sesak terasa di dadaku, nafasku tak karuan dan sebelum pandanganku buyar gelap, ku melihat sekilas bayangan itu menuntunku menuju dasar laut dan “uhuk.. uhuk..” aku batuk sembari membuka mataku dan silau sekali matahari siang itu. Terlihat wajah ibu yang cantik menjadi pucat panik menatapku. Ayah sibuk bolak-balik mengambik handuk dan minum. Ternyata tadi kakiku keram dan oksigen habis karena aku terlalu lama di dalam air sehingga kakakku tadi menggiringku ke tepi pantai. Dan bayangan tadi? Oh, Terima Kasih, Kakek!

2 comments:

Life Quotes, Life Quotes Images, Life Sayings