Glad to see you here, enjoy it! Thank you.
My photo
Jakarta, Indonesia
I'm not good at saying so I’m writing.

Friday, September 11, 2009

Museum Taman Prasasti



Mengenal prasasti tiada lain adalah mengenal hasil karya para perancang, pelukis dan pemahat berbakat yang dituangkan sebagai perwujudan dari ungkapan yang dalam dari pemesan atau penggunanya. Tidak banyak yang mengetahui bahwa di daerah Tanah Abang ada sebuah tempat wisata nan menarik dan unik untuk dikunjungi, tempat itu adalah museum (taman) Prasasti. Untuk pertama kali mendengarnya, di benak anda mungkin akan terbesit kesan ”lahan pemakaman” yang angker.

Sekali-kali luangkan waktu Anda ke Museum Prasasti, di kawasan Tanah Abang. Di museum terbuka ini, Anda bisa menikmati koleksi beragam prasasti yang ditata sedemikian rupa di alam terbuka, menyatu dengan taman. Dengan berbagai macam pohon pelindung yang tumbuh di sana sini, ada kenyamanan tersendiri yang terasa. Selain tentunya kekaguman atas nilai artistik dan sejarahnya.

Memasuki Museum Prasasti yang telah ditata jadi sebuah taman dengan pepohonan rindang membuat kita diingatkan kembali pada suasana tempo doeloe. Di gerbang utama, terpampang nisan-nisan tempat abu jenazah yang telah dipesan dan digunakan untuk meletakan abu jenazah yang telah dikremasikan. Ditambah lagi dengan segala ungkapan yang tertulis di batu nisan yang jumlahnya ribuan buah. Di museum ini pun masih didapati bekas gedung pengawetan mayat. Rupanya, ketika itu sejumlah orang Belanda yang meninggal di Batavia jenazahnya dibawa ke negerinya. Untuk ini, jenazah tersebut perlu diawetkan dulu.

Museum Prasasti ini menempati bekas lahan pemakaman orang Belanda. Pemakamana yang bernama Kebon Jahe Kober ini, pada masa kolonial luas seluruhnya 5,5 hektar. Dibangun pada tahun 1795 sebagai pengganti pemakaman yang telah penuh yang berlokasi di samping Gereja Nieuwe Hollandse Kerk (Sekarang gedung Museum Wayang).

Makam ini dikhususkan bagi orang-orang Belanda, terutama pejabat dan tokoh-tokong penting. Setelah Indonesia merdeka, makam ini masih digunakan untuk umum, terutama yang beragama nasrani. Bangunan makam yang di rehab kembali di tahun 1844 ini mempunyai Balairung yg terdiri dari dua Ruangan. Ruang sebelah kanan untuk persemayaman jenazah perempuan & Ruang sebelah kiri untuk persemayaman jenazah.Balairung ini dipakai untuk upacara Ritual sebelum pemakaman berlangsung. Sejak tahun 1975 pemakaman Kebon Jahe Kober ditutup. Selanjutnya dilakukan pemugaran dan penataan kembali prasasti-prasasti nisan terpilih. Kemudian pada tanggal 17 Juli 1977 diresmikan sebagai museum Prasasti.

Prasasti tiada lain wujud dari ungkapan perasaan. Goresan motif dan ornamen pada pahatan prasasti nisan seolah dapat bercerita tentang perasaan seseorang tentang saat ditinggal oleh kerabatnya menemui sang pencipta. Terlihat patung artistic yang bernama “perawan penjaga rumah abadi”.

Secara keseluruhan Museum Prasasti mengoleksi nisan tokoh-tokoh yang dimakamkan disini maupun yang dipindahkan dari tempat lain, yang berasal dari abad ke-17 sampai abad ke-19. Museum prasasti juga menampilkan miniatur makam dari 26 propinsi di nusantara.
Di halaman belakang Balairung terdapat sebuah lonceng perunggu dengan ketinggian kurang lebih 4 meter yg berfungsi sebagai tanda adanya kematian. Lonceng yang dibunyikan terus-menerus adalah sebagai tanda penyambutan datangnya jenazah sekaligus mengingatkan petugas pemakaman agar mempersiapkan diri dalam upacara hingga pelaksanaan pemakaman.
Terdapat maket makam dari berbagai propinsi di Indonesia, yang dapat bercerita tentang berbagai aspek kebudayaan. Anda juga akan melihat peti jenazah Presiden pertama Bung Karno dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat ke rumah duka untuk selanjutnya digantikan dengan peti yang telah disediakan oleh keluarga bung Karno. Selain peti jenazah bung Karno disimpan pula peti jenazah Bung Hatta yang tidak pernah dipakai oleh beliau.

Di sini terdapat makam dari Olivia Mariamne Raffles, istri Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816) (Gubenur Jenderal Hindia Belanda, yang meninggal di Buitenzorg (Bogor) dalam usia 43, karena istrinya ini pecinta tanaman dan pepohonan, Raffles mendirikan tugu peringatan untuk mengenang istrinya di dekat pintu masuk Kebon Raya Bogor. Menurut ceritanya jasad sang suami di makamkan di tanah Singapura. Disamping itu ada sederetan nama lain seperti, D.R H.F. Rool, pencetus gagasan dan pendiri STOVIA (Sekolah Tinggi Dokter Indonesia) yang merupakan cikal bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tetapi saat ini, anda bisa menikmati koleksi beragam prasasti yang ditata menyatu dengan taman dengan berbagai macam pohon pelindung yang tumbuh di sana sini, menjadikan museum terbuka ini indah dan nyaman untuk dikunjungi. Dan banyak juga yang menjadikan museum ini sebagai obyek budaya dan pendidikan, seperti pesta taman, praktek fotografi, sampai dengan syuting film. Namun kini perawatannya kurang maksimal.

Pada tanggal 19 Juli 1977 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin meresmikan pemugaran Lahan pemakaman tersebut yang sekarang kita kenal dengan Museum Taman Prasasti.

Tunggu apalagi? Bagi kalian para warga ibukota yang ingin berwisata tanpa harus ke luar kota Jakarta, Museum Prasasti ini dapat menjadi tujuan yang cukup dekat dan hemat.

No comments:

Post a Comment

Life Quotes, Life Quotes Images, Life Sayings