I don't know how to make lots of money
I got debts that I'm trying to pay
I can't buy you nice things, like big diamond rings
But that don't mean much anyway
I can't give you the house you've been dreaming
If I could I would build it alone
I'd be out there all day, just hammering away
Make us a place of our own
I will write you a song
That's how you'll know that my love is still strong
I will write you a song
And you'll know from this song that I just can't go on without you
I don't know that I'd make a good soldier
I don't believe in being violent and cruel
I don't know how to fight, but I'll draw blood tonight
If somebody tries hurting you
I will write you a song
That's how you'll know that my love is still strong
I will write you a song
And you'll know from this song that I just can't go on without you
Now that it's out on the table (it's out on the table)
Both of us knew all along (knew all along)
I've got your loving and you've got my song
I don't know how to make lots of money
I don't know all the right things to do
I can't say where we'll go, but the one thing I know
Is how to be a good man to you
Until I die that's what I'll do
I will write you a song
That's how you'll know that my love is still strong
I will write you a song
And you'll know from this song that I just can't go on without
I will write you a song (I will write you a song)
That's how you'll know that my love is still strong (love is still strong)
I will write you a song
And you know from this song that I just can't go on without you
“In three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on.” ― Robert Frost
Saturday, September 19, 2009
Thursday, September 17, 2009
Buka Puasa Bersama
Nggak lengkap, udah pada mudik, ada urusan pribadi, yang membuat kami tidak bisa berkumpul bersama pada malam tadi. Acara buka puasa bersama ex sepuluh delapan dengan menyenangkan tetapi tidak begitu ramai, sederhana, tetapi sangat berkesan. Betapa rindunya kami semua. Dari awal sampai akhir bercanda dan berfoto-foto. Lucu sekali mengingat bahasa-bahasa sepuluh delapan yang sering dipakai untuk meledek. Tawa yang kami rindukan, terdengar lepas pada malam itu. Kebersamaan yang kami inginkan, terwujud lewat malam itu. Ya, entah kapan lagi kita akan berkumpul lagi. Semangat penjurusan ya!
Friday, September 11, 2009
Museum Taman Prasasti
Mengenal prasasti tiada lain adalah mengenal hasil karya para perancang, pelukis dan pemahat berbakat yang dituangkan sebagai perwujudan dari ungkapan yang dalam dari pemesan atau penggunanya. Tidak banyak yang mengetahui bahwa di daerah Tanah Abang ada sebuah tempat wisata nan menarik dan unik untuk dikunjungi, tempat itu adalah museum (taman) Prasasti. Untuk pertama kali mendengarnya, di benak anda mungkin akan terbesit kesan ”lahan pemakaman” yang angker.
Sekali-kali luangkan waktu Anda ke Museum Prasasti, di kawasan Tanah Abang. Di museum terbuka ini, Anda bisa menikmati koleksi beragam prasasti yang ditata sedemikian rupa di alam terbuka, menyatu dengan taman. Dengan berbagai macam pohon pelindung yang tumbuh di sana sini, ada kenyamanan tersendiri yang terasa. Selain tentunya kekaguman atas nilai artistik dan sejarahnya.
Memasuki Museum Prasasti yang telah ditata jadi sebuah taman dengan pepohonan rindang membuat kita diingatkan kembali pada suasana tempo doeloe. Di gerbang utama, terpampang nisan-nisan tempat abu jenazah yang telah dipesan dan digunakan untuk meletakan abu jenazah yang telah dikremasikan. Ditambah lagi dengan segala ungkapan yang tertulis di batu nisan yang jumlahnya ribuan buah. Di museum ini pun masih didapati bekas gedung pengawetan mayat. Rupanya, ketika itu sejumlah orang Belanda yang meninggal di Batavia jenazahnya dibawa ke negerinya. Untuk ini, jenazah tersebut perlu diawetkan dulu.
Museum Prasasti ini menempati bekas lahan pemakaman orang Belanda. Pemakamana yang bernama Kebon Jahe Kober ini, pada masa kolonial luas seluruhnya 5,5 hektar. Dibangun pada tahun 1795 sebagai pengganti pemakaman yang telah penuh yang berlokasi di samping Gereja Nieuwe Hollandse Kerk (Sekarang gedung Museum Wayang).
Makam ini dikhususkan bagi orang-orang Belanda, terutama pejabat dan tokoh-tokong penting. Setelah Indonesia merdeka, makam ini masih digunakan untuk umum, terutama yang beragama nasrani. Bangunan makam yang di rehab kembali di tahun 1844 ini mempunyai Balairung yg terdiri dari dua Ruangan. Ruang sebelah kanan untuk persemayaman jenazah perempuan & Ruang sebelah kiri untuk persemayaman jenazah.Balairung ini dipakai untuk upacara Ritual sebelum pemakaman berlangsung. Sejak tahun 1975 pemakaman Kebon Jahe Kober ditutup. Selanjutnya dilakukan pemugaran dan penataan kembali prasasti-prasasti nisan terpilih. Kemudian pada tanggal 17 Juli 1977 diresmikan sebagai museum Prasasti.
Prasasti tiada lain wujud dari ungkapan perasaan. Goresan motif dan ornamen pada pahatan prasasti nisan seolah dapat bercerita tentang perasaan seseorang tentang saat ditinggal oleh kerabatnya menemui sang pencipta. Terlihat patung artistic yang bernama “perawan penjaga rumah abadi”.
Secara keseluruhan Museum Prasasti mengoleksi nisan tokoh-tokoh yang dimakamkan disini maupun yang dipindahkan dari tempat lain, yang berasal dari abad ke-17 sampai abad ke-19. Museum prasasti juga menampilkan miniatur makam dari 26 propinsi di nusantara.
Di halaman belakang Balairung terdapat sebuah lonceng perunggu dengan ketinggian kurang lebih 4 meter yg berfungsi sebagai tanda adanya kematian. Lonceng yang dibunyikan terus-menerus adalah sebagai tanda penyambutan datangnya jenazah sekaligus mengingatkan petugas pemakaman agar mempersiapkan diri dalam upacara hingga pelaksanaan pemakaman.
Terdapat maket makam dari berbagai propinsi di Indonesia, yang dapat bercerita tentang berbagai aspek kebudayaan. Anda juga akan melihat peti jenazah Presiden pertama Bung Karno dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat ke rumah duka untuk selanjutnya digantikan dengan peti yang telah disediakan oleh keluarga bung Karno. Selain peti jenazah bung Karno disimpan pula peti jenazah Bung Hatta yang tidak pernah dipakai oleh beliau.
Di sini terdapat makam dari Olivia Mariamne Raffles, istri Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816) (Gubenur Jenderal Hindia Belanda, yang meninggal di Buitenzorg (Bogor) dalam usia 43, karena istrinya ini pecinta tanaman dan pepohonan, Raffles mendirikan tugu peringatan untuk mengenang istrinya di dekat pintu masuk Kebon Raya Bogor. Menurut ceritanya jasad sang suami di makamkan di tanah Singapura. Disamping itu ada sederetan nama lain seperti, D.R H.F. Rool, pencetus gagasan dan pendiri STOVIA (Sekolah Tinggi Dokter Indonesia) yang merupakan cikal bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tetapi saat ini, anda bisa menikmati koleksi beragam prasasti yang ditata menyatu dengan taman dengan berbagai macam pohon pelindung yang tumbuh di sana sini, menjadikan museum terbuka ini indah dan nyaman untuk dikunjungi. Dan banyak juga yang menjadikan museum ini sebagai obyek budaya dan pendidikan, seperti pesta taman, praktek fotografi, sampai dengan syuting film. Namun kini perawatannya kurang maksimal.
Pada tanggal 19 Juli 1977 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin meresmikan pemugaran Lahan pemakaman tersebut yang sekarang kita kenal dengan Museum Taman Prasasti.
Tunggu apalagi? Bagi kalian para warga ibukota yang ingin berwisata tanpa harus ke luar kota Jakarta, Museum Prasasti ini dapat menjadi tujuan yang cukup dekat dan hemat.
Pemimpin Masa Depan
Semua orang di Indonesia ini, pasti menginginkan seorang pemimpin yang baik dan layak untuk memimpin Negara ini. Kita semua mendambakan seorang pribadi yang dapat mengatur dan mengubah Negara ini menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Kita semua membutuhkan pemimpin yang dapat meningkatkan Negara berkembang ini menjadi Negara yang maju, agar Negara ini mampu bersaing dengan dunia internasional.
Para pemilih juga harus pandai-pandai memilih si calon pemimpin masa depan agar tidak menyesal pada akhirnya. Kita harus memilih pemimpin masa depan yang tidak hanya mengandalkan promosi program kerja, tetapi kita juga harus memperhatikan kualitas, mutu, bibit, bebet dan bobot dari sang calon pemimpin tersebut. Diperlukan pemikiran yang matang untuk memutuskan memilih calon pemimpin masa depan.
Untuk menjadi pemimpin bangsa yang baik, dibutuhkan pula keberanian. Keberanian untuk bertanggung jawab atas negara ini, mengatur dan mengubah Negara ini menjadi lebih baik, membudidayakan kejujuran dengan semua anggota Negara dan terjatuh saat bertugas. Kita membutuhkan pribadi yang memiliki karakter seperti itu agar Negara Indonesia yang maju dapat terwujud.
Dari sejumlah masalah yang kita alami, kita membutuhkan pemimpin masa depan yang dapat merangkul Negara ini, dapat memberikan ketenangan batin para korban agar dapat bertahan dan memiliki semangat untuk bangkit kembali. Kita membutuhkan pemimpin masa depan yang dapat melihat, dapat melihat kekurangan bangsa ini dan berusaha untuk menjadikannya motivasi untuk memperbaiki, dapat melihat orang kecil yang membutuhkan dan menolongnya. Kita membutuhkan pemimpin masa depan yang dapat mendengar, dapat mendengar jeritan rakyatnya dan mau mendengar kritikan rakyat dan menjadikannya pelajaran berharga. Kita membutuhkan pemimpin masa depan yang dapat berbicara, dapat berbicara dengan budi bahasanya halus tetapi mengandung makna yang tegas, dapat berbicara untuk memberikan motivasi terhadap rakyatnya, untuk bekerja sama membangun Negara Indonesia ini. Kita membutuhkan pemimpin masa depan yang dapat merasakan apa yang masyarakat butuhkan, dapat merasakan ketidakbenaran Negara yang diberontak oleh orang-orang yang sengaja bertindak curang, semena-mena, mau menang sendiri dan hanya berbicara manis di muka.
Kitapun dapat memberikan solusi dengan menjadi pemimpin bangsa yang akan datang dengan cara bersungguh-sungguh dalam belajar. Memanfaatkan sekolah gratis meskipun hanya tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkatnya. Kita juga harus aktif dalam kegiatan di sekolah untuk melatih kepemimpinan. Cerdas, seseorang yang memiliki kecerdasan tertentu pasti dapat memimpin generasinya. Cekatan, seorang pemimpin harus terampil dan cepat dalam melakukan sesuatu hal. Keberaniaan, lagi-lagi pemimpin juga harus memiliki keberaniaan yang lebih, mengambil keputusan dengan segala resikonya. Keseriusan, ketika seseorang telah memiliki kecerdasan, kecekatan, dan keberaniaan, tetapi tidak memiliki keseriusan maka ketiga hal itu bisa menjadi sia-sia karena dia tidak akan menghasilkan.
Cermatlah!!
Monday, September 7, 2009
Hidup.
Hidup itu adalah hal yang nggak bakalan pernah diketahui, awal dan akhirnya.
Hidup itu penuh ujian, pilihan dan sodaranya, nggak gampang meratakan tanah yang bergelombang. Gue pikir, hidup itu cuma sekali. Apa yang udah kita ambil, lanjutin aja!
Udah terlanjur nyemplung, ya mesti berenang!
Kesulitan pasti ada tapi belajarlah dari pengalaman. Itu artinya kita "belum" pantas memperoleh itu, bukannya "tidak" pantas. Kita dituntut untuk berusaha lebih keras lagi. Jadi jalanin aja, ikutin aja. Nggak usah takut menghadapi hidup karena kita emang mulai dibentuk dari pengalaman itu sendiri. Semangat, sob!
Tuesday, September 1, 2009
DASAR LAUT TERINDAH UNTUKKU
Pada liburan tengah tahun lalu, aku menghabiskannya di luar Pulau Jawa. Sebagai hadiah kelulusanku, di daerah Lombok Barat ku di bawa berlibur oleh keluargaku. Selama 2 minggu kami menetap di sana sebagai wisatawan dalam negri. Kami beristirahat di pondok sederhana di pinggir pantai. Itu semua karena aku yang memintanya. Begitu memukau pemandangan di sana.
Pasir putih di bibir pantai, pohon kelapa membentengi pondokku, kepiting kecil berjalan menikmati hidup, anak kecil bermain layangan tanpa lepas dari senyumnya dan orang tuanya yang sibuk ke tengah laut untuk mencoba menerima hidupnya yang pas-pasan. Angin yang sekilas membelai rambutku, membuatku bisa menutup mata sejenak menikmatinya. Ketika ku coba membuka mata perlahan, terasa angin berhembus mencoba memanggil namaku, Laras.
Aku tidak pernah membenci laut karena masalah kakekku itu. Malahan, aku makin ingin menyatu dengannya. Dalam arti bukan ingin mati tertelan laut juga, tapi aku ingin sekali bersahabat dengan laut dan segala penghuninya.
“Aku merindukan kakekku. Aku memang tidak pernah melihatnya secara jelas. Akupun tidak dapat mengingat wajahnya secara sempurna. Namun, ibuku pernah membantuku untuk mengingatnya dengan menunjukkan fotonya. Raga yang gagah di bungkus oleh pakaian dinas Angkatan Udara, di bahunya melekat tanda 2 bintang yang menandakan bahwa kakekku adalah Letnan Jenderal, seorang pemimpin yang masih di katakana muda dan di banggakan. Di atas bibirnya terlukis kumis tipis yang membuatku begitu bangga karena ketampanannya. Ibu juga selalu bilang bahwa dia sangat senang menggendongku saat aku masih kecil. Ingin sekali aku bertemu lagi, merasakan kehangatan seorang kakek. Mungkin harus menunggu keajaiban dulu ya atau aku yang harus berpulang ke tempat kakek berada, untuk bisa melihatnya. Dan aku akan menunggu sampai Tuhan merindukanku pulang.”
***
Setiap hari aku menghabiskan waktu untuk menyelam ke dalam laut yang bening itu, sehingga dapat menampakkan keindahan di dalamnya. Berusaha keras tuk berkawan dengan ikan-ikan yang sepertinya mengerti perasaanku bahwa aku merindukan sang kakek. Di bawah laut, aku mencoba menikmati indahnya pemandangan bawah laut yang pasti tidak semua orang bisa melihatnya secara nyata. Di dalam situ juga aku merasakan indahnya kebersamaan.
Terlihat difokus mataku, kawanan ikan yang berlomba-lomba mengejar ujung lautan, para tumbuhan laut yang menar-nari, seirama dengan bunyi rantai jangkar yang tertimbun entah berapa lama di sampingnya.Ingin kurasakan kenikmatan itu, ketenangan itu, kupejamkan mataku sejenak dan bersandar pasrah di air bebas yang tidak mungkin menopang tubuhku.
Suatu kejutan yang membuatku terenyak di tempat. Ketika kubuka kedua mataku, sungguh! Membuat kedua mataku hampir berlari dari pelupuk mataku. Ikan-ikan mengitariku dan membuatku terpukau dengan posisi mereka. Berbaris dengan jarak yang sama rata. Karena hal itu, aku segera kembali ke permukaan laut. Aku memanggil kakakku dan menyuruhnya bergegas mengganti pakaiannya dengan baju selam dan mengambil kamera anti air miliknya, aku memintanya untuk mengabadikan pemandangan ini karena hobinya adalah mengabadikan tiap peristiwa di bawah laut. Meski agak gemas juga karena kakakku sempat melongo melihat keadaan itu, akhirnya dengan pakaian selamku, aku dan penjaga pantai bergaya di tengah ikan-ikan itu. COOL!! AMAZING.
Dan “blup!!”, tiba-tiba semua gelap dan aku terbangun. Aku bisa bernafas di air? Aku berenang sekilat ikan. Aku mengerti bahasa ikan, aku bisa melepas tabung oksigenku, aku bisa bicara dengan mereka. Dan tubuhku membeku sejenak ketika aku melihat bayangan seseorang mirip seperti di foto yang pernah ibu tunjukkan. Sangat familiar wajah itu di benakku. Foto kakek. Kakek? Astaga mimpikah ini? Dan sesak terasa di dadaku, nafasku tak karuan dan sebelum pandanganku buyar gelap, ku melihat sekilas bayangan itu menuntunku menuju dasar laut dan “uhuk.. uhuk..” aku batuk sembari membuka mataku dan silau sekali matahari siang itu. Terlihat wajah ibu yang cantik menjadi pucat panik menatapku. Ayah sibuk bolak-balik mengambik handuk dan minum. Ternyata tadi kakiku keram dan oksigen habis karena aku terlalu lama di dalam air sehingga kakakku tadi menggiringku ke tepi pantai. Dan bayangan tadi? Oh, Terima Kasih, Kakek!
Subscribe to:
Posts (Atom)