Glad to see you here, enjoy it! Thank you.
My photo
Jakarta, Indonesia
I'm not good at saying so I’m writing.

Wednesday, June 3, 2015

Apa Lagi?

Re-blog dari Handayani Kesumadewi.

"Pembelaan diri dan pembenaranmu yang mana yang tidak aku terima.
Alasan kosongmu yang mana yang tidak aku sepakati.
Kebohonganmu yang mana yang tidak aku iyakan.
Kesalahanmu yang mana yang tidak aku maklumi.
Kekuranganmu yang mana yang tidak aku terima. 
Dikutip dari tweet @benzbara_"

Wednesday, May 6, 2015

22

Dua puluh dua. Umur baru yang sudah bisa dibilang dewasa, mungkin. Tapi entah buatku mungkin belum cukup jika hanya umur saja yang menjadi parameternya. Perilakuku juga perlu didewasakan, masih dalam proses. Ibu, Bapak terima kasih ya meskipun jauh aku tau kalian merawatku dan membesarkan aku lewat semua transferan-transferan bulanan hehe dan lewat doa kalian setiap pagi dan malam juga di setiap besitan ingatan kalian. Terima kasih.

Aku lupa. Kalau hari itu tanggal 5 dan tidak seperti biasanya, hari itu aku enggan membuka handphoneku karena Selasa adalah hari yang sangat padat. Dari semalam Ayun menginap untuk kuliah pagi Farmakoterapi. Bangun tidur, berangkat jalan kaki bersama Nanda juga dan semua berjalan seperti biasa dan rasanya biasa saja. Selesai Farmakoterapi dilanjut kuliah Komunikasi-Informasi-Edukasi. Arie dan Aisha menyodorkan tangannya dan mengucapkan selamat uang tahun disusul Yoan. Bingung, lihat tanggal di iPhone Aisha dan ya tanggal 5 hahaha bodoh. Kuliah mengantuk... Kemudian lanjut menengok laboratorium mencit untuk urusan skripsi lalu jam tiga sore langsung diskusi Problem Based Learning. Aris yang jadwal Selasa adalah Praktikum Fitokimia (dengan laboratorium yang selalu aku lewati untuk menuju laboratorium mencit), tidak aku lihat batang hidungnya. Mau pulang bareng... Tapi dihubungi saja tidak bisa.

Pulang terburu-buru saja karena Romo telfon dan kebelet pipis, katanya bertemu saja di Jogja, di Surabaya kapan-kapan lagi Romo berkunjung. Rasanya gerah sekali hari itu dan semua perilaku teman-teman terasa janggal. Nanda dan Ayun yang selalu bermain mata saat kuliah Farmakoterapi, Ayun yang selalu mengulur-ulur waktu perjalanan pulang dan entah mengapa cara bicaranya saat menjawab telfon sangat keras sekali. Tapi curigaku sama sekali tidak muncul karena Ayun memang ya uniklah...

Sampai kosan, naik tangga dan entah terasa aneh. Terasa ramai tapi tidak ada suara. Masuk kamar, hendak membuka kunci tetapi kamar tidak terkunci. Kubuka kamar lalu... banyak balon di lantai entah berapa jumlahnya, di dinding ada hiasan dan di kasur ada Leo juga sebuah scrapbook. Kubuka halaman pertama, ada foto teman kuliahku Imania. Kubuka lanjut-lanjutnya ada foto sahabat-sahabatku sejak SMP; Ruth, Puput, Adit, Nia, Vera. Makin menganga mulutku, ada foto Anggita juga teman lainnya. Nggak paham lagi ini kerjaan siapa. Di halaman terakhir aku buka, ada foto yang sangat tidak terkontrol wajahnya. Dengan kata-katanya yang sederhana dan... panggilan khasnya untukku ‘R. A. Kartini’. Dari Aris. Pipiku basah keringat dan air mata. Kutengok luar kamar sepi, kuturun kamar cuma ada Vinny dan Mia, adik kos aku. Mereka bilang itu ulah mereka, kupeluk mereka dan aku kembali ke kamar tiba-tiba jadi beser. Engep, kubasuh wajahku dengan air, Vinny menggedor kamarku. Selesai cuci muka, kubuka pintu kamar dan entah aku senang kaget atau apa. Ada Vinny, Mia juga di belakang mereka ada Aisha, Imania, Ayun, Nanda, Mona, Enny, Ratih, Felita juga Indah sahabat Aris dan ada Aris juga bawa kue, ada Muis juga Arie disusul Wilman juga Mamat yang ada di teras kosan. Terima kasih sekali perhatian kalian.

Kubuka handphoneku ternyata banyak sekali ucapan dan Ibu kelimpungan mencariku karena aku belum membalas chat dan teleponnya. Maaf ya, Bu. Editan foto dari Ibu membuatku terharu, Ibu yang baru bisa edit-edit foto sekarang makin canggih saja, aku jadi rindu Ibu, Bapak dan Mas.

Lanjut dari itu, di halaman terakhir scrapbook ada ‘clues’. Dalam ruangan, Kotak besar, Terlipat. Setelah berjam-jam kucari ternyata ada kemeja biru donker yang sangat manis sekali terlipat di dalam lemari baju di kamarku. Terharu lagi. Kebiasaan. Astaga benar-benar penuh kejutan. Katanya mereka semua mempersiapkan ini dari jauh-jauh hari. Ini adalah alasan mengapa Ayun pulang duluan waktu menginap di apartment Cece, alasan mengapa weekend-nya susah kuajak pergi karena penuh janji yang tidak Ia sebutkan, mengapa Aris belakangan ini menjadi begitu menyebalkan dengan alasannya yang selalu diskusi Semi Solida dan aku ya nggak bisa marah kan, mengapa Aris membiarkan aku makan sendiri kemudian update di Path lagi makan rawon kan kurang ajar, mengapa Aris membiarkan aku nonton di bioskop sendiri ternyata lagi nyiapin scrapbook ,mengapa Aris nggak bisa nemenin aku ke gereja ternyata pergi sama Ayun dan Mamat buat cari kado, mengapa Aris susah dihubungi ternyata karena handphonenya mati lagi nggak di kontrakan, mengapa Aris nggak di kontrakan dan nggak bilang kalo lagi pergi, mengapa Aris nggak ada di laboratorium ternyata dia cabut praktikum buat otak-atik kamar kosan aku yang perlu izin semua mbak-mbak kosan, gila. Nggak waras kamu, Ris.

TAPI TERIMA KASIH. Untuk teman-teman juga kamu.

Aku senang sekali. Bukan karena semua kado-kado dari kamu dan teman-teman, tapi karena semua usaha kamu yang katanya pertama kali ngasih suprise untuk cewek dan melibatkan semua temen-temen aku. You made my day, for sure.


Sunday, April 12, 2015

Happy Birthday, Love!

Persiapan dari awal Maret. Chat Cece pesen balon metalik  biru tua – biru muda – putih dan balon angka 21 warna silver, ga tau mau diapain. Beli aja dulu, idenya nanti.
_____

Muka tembok, ngeadd Line Andi Budrah Sadam R yang ID Line-nya ada di Instagram. Kenalan lagi buat basa-basi padahal mah udah dikenalin dulu, terus ngerepotin minta bantuan.
_____

Bulan depan tanggal 12 April, Aris ulang tahun. Aku harus apa...
_____

Minta tolong Andi buat fotoin anak Asrama HMB bawa ucapan untuk ulang tahun Aris, terutama mas Robby yang paling senior dan dah mau kembali ke Bontang. Tiap hari selalu ngebawelin Andi buat foto foto dan foto. Kalo main ke Asrama aku sama Andi cuma bisa ngomong pake bahasa isyarat.

Sempet pulang ke Jakarta, beli kado sama Ibu. Entah seleraku mungkin agak beda sama dia. Mau beliin sepatu tapi Converse katanya ga suka, mau beliin flanel tapi ga suka yang motifnya kotak besar, mau beliin parka ijo lumut tapi ga pernah liat dia pake baju ijo, mau beliin jam tangan tapi dia pernah bilang jam tangan yang selalu dia pake itu jam tangan kesayangan dari Bunda, mau beliin tas kuliah tapi pas ke Asrama kok di kamarnya banyak tas. Aku bingung...
_____

Nyapa Felita yang ulang tahunnya samaan kayak Aris dan dia malah bingung, maaf ya jadinya pindah ngeLine Indah. Ngerepotin D.I.Y.F.A, janjian sama Indah buat ngasih potongan kertas HVS A4 yang kubagi menjadi empat bagian dan ngasih spidol di depan Ruang Baca kampus sambil nengok kanan kiri takut Aris lewat, juga memberikan deadine. Kalau bisa H-1 ulang tahun Aris sudah kecetak semua fotonya.
_____

Nge-chat Cashin buat minta Line-nya Yui, malem-malem. Janjian juga buat ngasih kertas dan spidol. Hari itu hari Rabu, kelasnya Aris kelar kuliah jam tiga, barengan sama kelasku. Aris sudah pulang dan temen-temen deketnya nyamperin depan kelasku, semacam briefing buat foto juga. Sambil nunggu, aku sama temen-temenku juga foto di LBT lantai dua.
_____

H-7. Makin gelisah nggak tau apa yang harus dilakuin padahal mah santai aja sih ya, tapi ngasih surprise cowok cuek macem Aris gimana ya, bingung. Takut responnya nol besar.

Hari-2, ngerepotin Arie buat nemenin nyetak foto yang udah kekumpul. Malemnya. Makan Buryam Mang Dudung sama Andi, mas Galang dan Junan. Minta bantuan buat minjem satu ruangan aja di Asrama untuk surprise Aris. Ketua Asrama, Junan, ngasih izin jam tiga sore sebelum kerja bakti Asrama pas anak Asrama lagi rame juga. Asik. Terima kasih ya kalian the best.

Besoknya ngerepotin Wilman buat nyetak foto sisanya di toko lain dan hasilnya jelek, balik ke toko awal deh sama Arie sekalian kerja kelompok di Kertajaya Indah dan beli kue ulang tahun. Terima kasih ya kalian the best.
_____

12 April 2015.
Minggu pagi. Dari semalem gelisah ga bisa tidur. Tengah hari ke Bonnet ngisi nitrogen ke balon dan bawa pake mobilnya Fania, sepuluh balon lumayan sempit dan mabok juga. Di mobil Katana yang mungil itu juga ada kue, balon huruf HBD ARSYLT dan angka 21, juga Nanda dan Arie. Terima kasih ya kalian the best.

Kontak-kontakan sama Andi, ke Asrama jam tigaan, parkir mundur tiga rumah dari Asrama, disamper Andi dan Walid, disusul Mas Galang yang baru dateng ya laporan dari Mas Galang sih si Aris tidur. Pelor emang. Ayun nyusul. Terus nempelin foto di balon, balonnya terbang satu hiks gegara Andi untung ga ada fotonya. Atas instruksi dari Mas Galang, masuk pelan-pelan dan diliatin ibu-ibu tetangga yang senyum-senyum. Masuk Asrama mengendap-endap, Aris masih tidur. Nempelin balon ke plafon dibantu Arie yang tinggi, Nanda dan Ayun. Aku nempelin balon huruf dan angka, Andi sama Fania motongin solatip dan Walid meganging gordyn yang dibalik sana ada Aris lagi tidur. Gerah, keringetan, lepek.

Semua siap, kue dan lilin, nyanyi buat Aris sampe Aris bangun dan bingung. Dibawa ke ruang tamu, dia bingung gitu keliatan sih kaget tapi ga tau seneng apa lebay dipikirnya. Abis itu yaudah, foto bareng, nonton tv bareng, makan bareng lalu pulang.

Yuhu sukses sih, terima kasih semuanya yang sudah membantu.



If I could be your reason to be more mature, then I would grow old with you.
Happy Birthday & I love you, ARIS YULITA APRIANTO.

Praise the Lord, Happy Sunday!
Special thanks to God and then Babang, Ibur, Mamas. Well, big thanks to Andi, Arie, Yuli, Indah, Fanny, Fania, Nanda, Ayun, Wilman, Walid, Mas Galang. Thank you so much: Mas Robby, Junan, Febri, Kahar, Azmi, Xeza, Anggy and her friend, all of Asrama HMB and then Felita (and Happy Birthday to you, Sweety), Dimas, Yoga, Cashin, Sungging, Dayang, Vennie, Maman, Whisnu, Feri, Hanif, Nia, Aisha, Muis, Fadhil, and Ibet.

There's nothing without y'all so thank you for praying good to my invisible human then good things come back to you, hopefully. God bless you.

Monday, April 6, 2015

6 April: 7

Degup ini tidak menceritakan sama sekali. 
Sungguh hati rasanya ingin memaki. 
Bisu ini perlahan membekukan. 
Entah resah apa yang aku pikirkan. 

Bagaimana bisa diam membuatku mati.
Kacau bagai dicabik-cabik belati. 
Tawa ini menyimpan beribu anggapan. 
Namun kau tahu hati ini bukan taruhan.

Kamu begitu... acuh tak acuh. Membingungkan jalan yang sudah kugambar. Ya memang caramu selalu penuh logika.

Namun kian kini semua tentangmu.
Lintas wajahmu, tebal alis, tajam mata, juga lekuk hidung dan bibirmu. 
Adakalanya biru ini tak dapat aku tepis.
Bahkan kagumnya tetap tidak terlukis.

Kamu begitu... menghanyutkan. Dengan simpul senyum dan lembut sentuhan. Ya memang aku saja yang terlalu perasa.

Bersyukurnya masih bisa bersamamu, dalam nama Tuhan, teman hidup.
Pada tanggal, bulan dan angkamu, di tempat ini doa-doa baik terucap untukmu. 
Sampai jumpa di kesempatan berikutnya.
Saya menyayangi kau.

Tuesday, March 24, 2015

Gitu.

Kadang hal yang orang lain lihat, tidak begitu penting dibandingkan dengan apa yang kita jalani. Banyak orang bilang, tidak usah peduli apa kata mereka karena mereka hanya melihat dirimu dari sampulnya saja.

Memang butuh dipandang orang, juga butuh di bawah lampu sorot. Memang butuh dinilai orang, juga butuh di dalam sangkar. 

Aku dan dia tidak harus selalu pergi bersama meskipun tatap muka tetap penting. 
Aku dan dia tidak harus selalu mengabari setiap detik meskipun komunikasi tetap penting. 
Aku dan dia harus selalu menjaga jarak karena rasa rindu itu penting. 
Aku dan dia harus selalu melogikakan hati karena perasaan itu penting.

Aku, ya apa yang aku lakukan. Menjadi diri sendiri untuk mengoreksi diri sendiri. Diapun seperti itu. Begitu juga mereka. Kalian. Bukan karena ego tetapi singa juga butuh memburu mangsanya sendiri. Gitu. 

Wednesday, March 11, 2015

Kau

Dari banyak orang yang pernah ada dan pernah berusaha menyelipkan dirinya di antara hatiku, tidak satupun yang seperti dirimu. Mereka begitu kaya dengan segala bentuk perhatian dan kreativitasnya untuk merebut simpatiku namun apa daya hanya kesederhanaan dan polosnya kamu yang menggugah kagumku.

Bukan. Bahkan bukan kamu yang aku kira-kira karena dirasa tidak mungkin. Ya kamu bukan tipe pria yang romantis. Aku tidak bermaksud merendahkanmu. Aku tidak pernah bermaksud demikian, kasih. Aku menyayangimu dan kau tau itu. Aku yakin sekali.

Bukan. Aku bukan menyombongkan diri. Aku tidak seperti itu. Tidak banyak yang menganggapku spesial, anggaplah tidak serius. Mereka tidak sebanyak yang mengagumi senyummu, mereka juga tidak sebanyak yang berdebar ketika matamu melirik. Bahkan aku adalah salah satunya. Kau membuatku penasaran.

Iya. Kau, dengan caramu sendiri. Kau bersama apa adanya kamu. Semuanya mengajarkanku. Terima kasih. Kesederhanaanmu, sempurnakanku.

Monday, February 16, 2015

Doa Seorang Calon Farmasis yang Bercita-Cita Lain

Terima kasih, Tuhan. Sore ini aku masih bisa menyapa Engkau. Terima kasih atas senyum yang masih dapat aku sunggingkan pada hari ini. Rasa syukur ini begitu melegakan. 

Sabarkanlah hamba, Tuhan. Sedikit lagi. Jangan sampai aku mengecewakan banyak orang. Sudah terlalu berat aku umpat perasaan tidak tahan ini, Tuhan. Sudah aku tahan rasa muak ini, Tuhan. Hanya untuk orang tuaku, kakakku, orang-orang yang percaya padaku. 

Kuliah di sana, di kota rantau yang tidak pernah ada dalam cita-cita dan mimpiku. Yang bukan Arsitek, yang bukan teknik dan yang bukan andaiku. Sama sekali. Kuatkanlah, Tuhan. Lancarkanlah sampai seselesainya tugasku di fakultas itu.

Aku mohon siraman dari-Mu, Tuhan. Lebih banyak lagi agar aku semakin tegar, semakin kuat dengan cercaan dengan sindiran sekiranya aku belum becus membantu rekanku di laboratorium, semakin tangguh dengan sinisan sekiranya aku kurang pintar menjawab semua kasus di ruang kelas. Aku hanya bisa mendoakan mereka agar mereka memaafkan dan memaklumi apa yang terjadi padaku selama jauh dari rumah, seperti Engkau Yang Maha Pengasih dan Maha Baik bagiku. Ampuni hamba-Mu yang egois ini. 

Tuhan, beberapa langkah lagi. Aku mohon penyertaan-Mu. Berikan aku kawanan domba-Mu untuk mendampingi kegiatanku dalam perjuangan hidupku menuju membahagiakan orang-orang yang sangat aku kasihi. Akan ikhlas aku jalani ini, Tuhan. Amin

Thursday, February 12, 2015

Spasi


Aku benar, jatuh cinta pada pernyataan di atas. 

Spasi

Kata yang menciptakan ragu dan takutku selama ini. Namun satu kata ini pula yang mematahkannya.

Satu kata yang diulas menjadi ungkapan.
Satu kata yang dibeber menjadi alasan. 
Satu kata yang dijabar menjadi kekuatan. 
Satu kata yang digelar menjadi perasaan.

Ya sebut saja itu dengan jeda atau jarak atau mungkin ruang, katanya.

Semakin digenggam semakin hilang bukan?
Kita. Butuh rongga, butuh udara.
Biar saja kita terlentang, memandang langit yang tersebar bintang.
Karena, tidak! Aku tidak mau kamu hilang.

Aku akan belajar memahami jeda ini. 
Aku akan belajar mengakui jarak ini. 
Aku akan belajar menghargai ruang ini.
Aku akan belajar mencintainya di dalam spasi.

Adakalanya kini aku sadar, betapa manisnya saling membangun rasa di 'antara'. Ya memang seharusnya begitu.

Hal ketiga, bukan orang ketiga.
Aku, kamu dan cinta di antaranya.

Kita di dalam spasi. 
Jakarta - Bontang.

Aku rindu kamu.
Life Quotes, Life Quotes Images, Life Sayings