Di dekap bulan ini,
Aku diam,
dalam hujannya.
Bukan berarti aku sudah tak sayang.
Bukannya aku tidak melakukan apa-apa.
Kau tau,
Aku tidak suka menunggu.
Tetapi selalu kulakukan apabila itu kau.
Maaf November,
tetapi,
Aku menunggu rindu,
untukku.
Seringkali aku disalahkan karena terlalu menyayangi.
Namun aku tidak peduli kau butuh aku atau tidak.
Karena bagiku yang paling penting sekarang adalah,
sebenarnya,
aku ingin selalu ada.
“In three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on.” ― Robert Frost
Thursday, December 1, 2016
Saturday, October 22, 2016
Kami, Laras
Larasati.
Iya itu nama kami, tepatnya nama kesukaan kami. Sungguh. Bangga menjadi anak Jawa!
Iya, postingan gua waktu SMA yang masih kurang bermutu tinggi itu yah... Tapi cukup menghibur jika kamu punya satu blog dan menjadikannya seperti buku harian, mungkin. Membuatmu mengingat yang kamu lupa dan menyimpan banyak cerita, apapun lah ya. Enggak, enggak. Mantan sudah jadi teman, tenang saja tidak perlu khawatir tentang hal seperti itu. Sudah dewasa. Kita menjalani hidup seperti semestinya kok!
Kemudian kenapa dengan Dea? Ya jadi baru bertemu lagi setelah sekian lama tidak berbincang dengan kesarapan dia yang tetap ada. Gantengnya sudah menghilang, sudah cantik dan semakin menarik. Dengan semua cerita, semua tawa, hari itu menjadi hari yang menyenangkan bagi dua Larasati yang sedang dilanda kesedihan, kerinduan dan kehausan. Haus banyak ngomong, soalnya.
Sebenernya, karena terharu melihat postingannya: Dua Laras. Baca sendiri sajalah, selain terharu gua juga ngerasa kayak diri gua terbagi dua karena saking samanya. Oh ya tanggal 20 Oktober lalu ia ulang tahun, jika kamu membaca ini, kuucapkan selamat ulang tahun bersama doa terbaik!
Iya bener,
Laras yang cengeng karena pernah patah hati, bener-bener dipatahin.
Laras yang tulus karena ikhlas memberi dan mudah sekali memaafkan.
Dan banyak... Namun semakin diasah semakin tajam, kan?
Laras semakin tangguh dan semakin 'legowo' kian hari.
Laras yang katanya ayu dengan pesona wajah Jawanya.
Laras yang katanya bisa merenyahkan suasana.
Laras yang suka bunga, ya bicara tentang apresiasi bukan perkara bunganya mati di esok hari.
Laras yang berbahagia dengan orang-orang yang menyayangi kembali.
Untuk kalian, tokoh-tokoh dalam cerita,
Terima kasih sudah membentuk kami menjadi Laras yang sekarang.
Sungguhan, terima kasih.
Salam, Laras yang selalu tersenyum.
Saturday, October 15, 2016
Larasati
Larasati (dalam tradisi pewayangan Jawa) merupakan salah seorang dari 41 orang istri Arjuna dan juga seorang tokoh dari wiracarita Mahabharata. Larasati sering dipanggil dengan nama Dewi Rarasati dalam cerita mahabarata. Dalam pewayangan walaupun seorang wanita, Larasati mempunyai keahlian dalam keprajuritan, terutama memanah.
Bentuk tokoh wayang dari Dewi Larasati:
- Rarasati (nama kecil Dewi Larasati) bermata jaitan, hidung mancung, muka agak mendongak.
- Bersanggul gede (besar) dengan sebagian rambut terurai.
- Berjamang dan sunting waderan, berkalung bulan sabit, bergelang dan berpontoh.
- Berselendang dan menggunakan kain dodot putren.
Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh Dewi Larasati:
- Teguh hati (memiliki pendirian yang kuat)
- Lemah Lembut (memiliki kelembutan pada dirinya)
- Mempesona ketika berbicara.
- Mampu untuk meredakan emosi kemarahan.
- Berkepribadian yang menarik hati.
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Friday, September 30, 2016
Surabaya-nya selesai.
Merantau, bukan pilihan yang baik untukku. Kala itu aku
adalah gadis yang tidak suka berdaptasi, tidak suka dengan lingkungan baru, aku
sulit ‘move on’ dan parahnya lagi aku
itu cengeng. Aku takut perpisahan, aku lemah bila sendirian, aku tidak suka
jauh dari ‘rumah’.
SURABAYA.
Apalah, kau itu kota panas, tidak banyak tempat wisata, sama
saja seperti Jakarta hanya ada mall saja. Tetapi setelah lima tahun ini, ya
memang yang abadi hanyalah perubahan.
Masih ingat tepat lima tahun lalu, September 2011. Mulai sendiri,
hidup di Surabaya tanpa saudara, tidur sendiri di satu kamar kost yang masih
suka banjir jika hujan deras, yang lebih sedihnya adalah dengar isu mbak kost
yang suka kasih ‘ospek’ anak baru. Hanya bisa menangis tiap malam, hanya berdoa
supaya bisa pulang di esok hari, melihat foto keluarga di dinding hanya membuat
hati teriris, disabarkan pacar tiap malam yang jauh di sana juga membuat
jantung ini sesak. Semuanya jauh, lemahku setiap hari memeluk.
Sampai akhirnya aku menemukan teman-teman di kampus, mulai
sering jalan-jalan, tau tempat-tempat di
Surabaya dan setiap malam pergi hanya untuk menghibur diri. Ke mall seminggu
tiga kali, karaoke seminggu sekali, jajan ke indomaret setiap hari. Mulai dari
yang medok jawa sampai yang gue-elo ada di sini, kutemukan ‘teman’ku.
Seiring waktu berjalan, aku tetap merasa rindu rumah. Di
tahun berikutnya (2012), sempat ikut SNMPTN lagi untuk fakultas idaman di
Jakarta, namun apa daya otak yang pikirannya terbagi-bagi, rasanya memang
ditakdirkan merantau di ujung timur Jawa ini. Di tahun ini pula, aku mencoba
membetahkan diri, mengikuti kegiatan-kegiatan di kampus supaya tidak jadi
mahasiswa ‘kupu-kupu’. Menjadi anggota divisi kerohanian yang anggotanya baik sampai serasa punya kakak dan adik, menjadi panitia makrab bersama mahasiswa baru di saat
galau-galaunya, bermanfaat juga pertama kali melihat kau. Ternyata bisa lah menjadi pengalihan isu, sedih
tidak begitu terasa dengan kegiatan dan teman-teman yang menemani.
Tahun berikutnyapun begitu (2013), masih ingin pulang tetapi
kegiatan perkuliahan semakin memusingkan. Libur hanya beberapa hari saja dan
membuatku mulai mencoba kegiatan baru. Travelling,
tidaklah buruk. Katanya nikmatilah masa mudamu, travelling-lah sebelum tua umurmu. Aku mencoba menjadi perantau
lainnya, mencicipi bagian lain dari Jawa. Mulai ke Bromo, Pulau Sempu,
Yogyakarta bersama teman-teman. Menyenangkan sekali, bebas dan liar terkendali.
Lumayan menghibur hati yang masih dalam pemulihan setelah terhempas menjadi
kepingan.
Tahun berikutnya (2014), waktu untuk pulang menjadi singkat.
Lebih banyak di Surabaya daripada di Jakarta. Aku tidak seperti yang lainnya,
yang bisa pulang setiap minggu bahkan tiap bulan saja tidak. Begitu jauh,
begitu mahal dan begitu ah Laras semakin dewasa harus tau diri dan belajar
mengelola. Tidak boleh manja, tidak boleh cengeng, semangat untuk
tahun-tahun berikutnya. Pertemanan semakin dekat, dengan teman sepermainan,
sekelas maupun di kostan. Semakin banyak kenal dosen, adik kelas dan lintas
fakultas juga lintas universitas. Membuka hati, mengapa tidak?
Tahun ini (2015), semakin padat, mulai proposal dan skripsi.
Semakin rekat pertemanan, semakin sering bersama dalam tiap kegiatan. Ah,
pacarku-pun menjadi pengajarku. Tahun ini semakin sensitif, segala emosi harus
penuh kendali. Tidak sedikit percek-cokan tetapi masih dapat teratasi, Tuhan
menyertai di tiap harinya. Laras semakin bisa menahan amarah, semakin tau
manfaat bersabar, semakin tau arti teman, semakin tau obat yayaya Farmasi,
semakin pandai mengelola waktu dan keuangan namun tetap ingat pulang. Sampai
akhirnya meraih gelar S.Farm. bersama teman-teman kesayangan dan didampingi keluarga
dan kau, Ris.
Tahun terakhir (2016), akhirnya datang juga. Kegiatan
profesi semakin sibuk ditambah kerja praktek. Waktu main berkurang, waktu
diskusi bersama kekasih berkurang, waktu tidur menjadi singkat. Semua laporan
semakin sulit dan tebal entahlah aku juga masih belum percaya bisa melewatinya.
Sampai akhirnya bisa yudisium untuk kedua kalinya dengan gelar lanjutan Apt.
dan kamu dapatkan S.Farm.mu.
Akhirnya, hari yang ditunggu (ketika maba) datang juga. September akhir di
tahun ini. Ah, minggu-minggu terakhir ini terasa begitu berat, malah aku sudah menguluir-ulur kepulanganku. Dengan segala kesempatan yang masih bisa kudapatkan. Mendengar kabar kalian sudah diterima kerja, melihat kau diwisuda, mengenal lebih dekat orang tua kau dan beribadah bersama, memelukmu, menggandeng dan dirangkul kamu, jajan sore yang kalap bersama kalian, delivery McD jam 4 pagi, tidur bersama kalian, bercanda dan menangis bersama, obrolan bodoh kalian. Selesai sudah 5 tahun ini, segala pengorbanan yang sudah aku
lewati bersama teman-teman dan kau. Rasanya baru kemarin menjadi mahasiswa
baru, kemudian kenal kalian, kenal kau. Rasanya baru kemarin ospek, seperti baru
kemarin ke gunung dan pantai, seperti baru kemarin praktikum bersama kelompok yang
sama tiap tahun, seperti baru kemarin menjelajahi Surabaya bersama kalian dan kau. Makan mie ayam solo, Restu maupun tenda biru, Bu Kris, Bu Rudy, Seafood Genteng Kali maupun Al-Firdaus, makan bakso Reog atau Pak No yang es telernya enak banget, Barokah, Molas, Kober Mie Setan, Gubeng Airlangga 2 yang makanannya bejibun, McD Manyar andalan, Dunkin Kebun Bibit tempat nugas, HM Bontang tempat kau, nonton dvd di kost dan rasanya kubisa setebal kamus jika menjabarkannya.
Teruntuk Ayun, Arie, Aisha, Nauval, Enny, Wilman, Rizda, Muis, Faya, yang paling banyak bantu dan nemenin kegabutanku yang sangat kacau selama di Surabaya beberapa minggu ini, terima kasih ya semoga yang sedang S2 dan sudah kerja segera doakan aku menyusul dan yang belum semoga segera menyusul juga supaya bisa meet up di Bali yaw. Teruntuk Ayu, Vinny, Mia adik Kostan Cantik tersayang, Ibet, Nanda dan Mbak Tiya sejawat senior Kostan Cantik juga Desty, Mbak Ethis dan Ana Dhabar 44 squad terima kasih sudah meramaikan sepinya hariku di kostan dengan panggilan, sapa dan teriakan kalian dari ruang tv. Lekas selesai kuliahnya ya supaya bisa bertemu lagi di manapun. Teruntuk Aris, selamat datang di relasi jarak jauh. Yang sabar dan semangat profesinya ya. Pasti ku rindu omelan dan diamnya kau kalau ngantuk, apalagi ketek kau itu. Terima kasih Surabaya nya.
Bersama dengan cerah langitnya, ceria orangnya dan terdekap kenangannya. September ceria, rasanya aku tidak ingin tidur untuk melewatkannya. Terima kasih untuk 5 tahun ini, sampai bertemu lagi, Surabaya dan kalian yang tersayang.
Teruntuk Ayun, Arie, Aisha, Nauval, Enny, Wilman, Rizda, Muis, Faya, yang paling banyak bantu dan nemenin kegabutanku yang sangat kacau selama di Surabaya beberapa minggu ini, terima kasih ya semoga yang sedang S2 dan sudah kerja segera doakan aku menyusul dan yang belum semoga segera menyusul juga supaya bisa meet up di Bali yaw. Teruntuk Ayu, Vinny, Mia adik Kostan Cantik tersayang, Ibet, Nanda dan Mbak Tiya sejawat senior Kostan Cantik juga Desty, Mbak Ethis dan Ana Dhabar 44 squad terima kasih sudah meramaikan sepinya hariku di kostan dengan panggilan, sapa dan teriakan kalian dari ruang tv. Lekas selesai kuliahnya ya supaya bisa bertemu lagi di manapun. Teruntuk Aris, selamat datang di relasi jarak jauh. Yang sabar dan semangat profesinya ya. Pasti ku rindu omelan dan diamnya kau kalau ngantuk, apalagi ketek kau itu. Terima kasih Surabaya nya.
Bersama dengan cerah langitnya, ceria orangnya dan terdekap kenangannya. September ceria, rasanya aku tidak ingin tidur untuk melewatkannya. Terima kasih untuk 5 tahun ini, sampai bertemu lagi, Surabaya dan kalian yang tersayang.
Sunday, September 25, 2016
Kau dan S.Farm.
Pertengahan September ini kukembali ke Surabaya, persiapan untuk pindah ke Jakarta, beberes barang dan hadir di hari pentingmu. Jumat siang papa dan mama Aris datang dari Bontang di Bandara Juanda Surabaya, kujemput bersama anaknya. Pertemuan kedua dengan mereka. Pertama dikenalkan papa Aris di mall sedang dinas di Surabaya kala itu dan dengan mama Aris ketika Aris dirawat di rumah sakit Mei lalu. Memang tidak betah hanya diam, seharian kami jalan-jalan, menyenangkan.
Surabaya, 24 September 2016.
"Rasanya tidak habis-habis kuucap syukur. September ini begitu ceria, menyenangkan dan banyak menjawab semua doaku."
Sabtu pagi itu, Surabaya dingin tidak seperti biasanya. Malas mandi, padahal mau datang ke wisuda Aris. Pesanan bunga datang dari Renee Florist, white rose cantik dan baby breath yang sangat manis cocok sekali untuk wisudawanku. Senang sekali melihatnya, dari dulu. Kemudian tengah hari turun hujan, aku putus asa. Harus tetap berangkat, aku terburu-buru dan ya kukenakan baju pilihan ibu terakhir kupoles wajahku seadanya.
Terima kasih buat Andi sudah nemenin ke Airlangga Convention Center, hujan deras dengan taksi online. Maaf Aris aku datang telat ke wisudamu, macet sekali. Om tante juga sudah nelfonin berulang kali tapi apa daya tersendat di jalanan. Tapi puji Tuhan, begitu sampai langsung melihat papa mama kamu yang sumringah dan melihat kau di ujung ruangan sedang berfoto ria bersama teman-teman. Bagaimana rasanya? Lega ya, menyenangkan melihatmu tersenyum. Ah, kau tau? Kau ganteng sekali hari itu.
Puji Tuhan, resmi dan bangganya kami: saya, keluarga Aris, teman-teman dan tentunya Aris sendiri. Bagaimana tidak? Satu tugas sudah terselesaikan dengan baik. Sidang tanggal 19 Agustus kemarin, kamu tidak mau ditonton. Aku juga kebetulan yudisium untuk pendidikan apoteker yang akan kamu hadapi sebentar setelah ini. Hahaha sabar ya, Sabtu wisuda, tapi Senin sudah kuliah seperti biasa dengan penampilan baru: kemeja rapi, celana kain dan sepatu pantofel. Selamat datang calon sejawat, semangat ya dengan tantangan yang lebih memacu adrenalinmu. Aku selalu dukung.
Segera setelahnya, bermacet ria menuju studio foto, kenang-kenangan dan bukti atas pencapaian gelar barumu. Malu-malu foto bersama, karena kau memuji setelan pakaianku.
Singkat saja: Selamat, Aris Yulita Aprianto, S.Farm.!
Wednesday, September 14, 2016
Apoteker, Sungguh?
Puji Tuhan, setelah yudisium Agustus kemarin akhirnya resmi jadi apoteker. Namanya menjadi lebih panjang, tanggung jawab yang dipegang juga lebih banyak. Nggak cuma satu janji yang harus diikrarkan, beberapa janji untuk semua orang demi kualitas hidup.
Dalam nama Tuhan... S.Farm., Apt.
Terima kasih buat Bapak, yang paling tangguh di manapun Ia berada. Dengan semua posisi dan lokasi tempatnya bekerja, demi aku dan mas juga ibu, bapak rela jauh dari rumah jauh sebelum aku. Dinas di mana-mana, mudah bergaul, disiplin dan sekarang kerja di luar kota setelah pensiun.
Terima kasih buat Ibu, yang paling kuat di manapun Ia berada. Dengan sifat keibuan dan cerianya ibu membuat semua orang senang dan paling dicari dari semua perkumpulan. Ibu yang rela capek ngurus anak-anak dan rumah selama Bapak kerja, rela jauh dari keluarga dan menunggu bang toyib, nak toyibnya pada pulang dari rantauan.
Bapak dan Ibu sangat membanggakan dan menginspirasi banyak orang. Tentu anakmu juga seperti mereka, bedanya adalah... rasa bangga mereka tidak sebesar yang aku miliki. Tuhan terima kasih, atas orang tua yang sangat kusayangi ini.
Mas Ndaru yang tidak datang karena masih studi S2, tak apa. Ketidakhadiranmu bukan berarti bahwa aku tidak ingat kakakku yang murah hati itu kan? Sampai jumpa di liburan depan ya, kalau bisa aku nyusul jadi juniormu di sana. Amin.
Aris, temanku, sahabatku, kekasih hehe... Terima kasih sudah sabar, banyaknyaaaaa sabarmu itu kena semprot sana sini. Terima kasih ya.
Teman-teman selama profesi apoteker, kegiatan kerja praktek profesi, semuanya yang tidak bisa disebutkan satu-satu, terima kasih banyak. Kakak dana adik yang mendukung selama profesi, semuanya terima kasih. Bersyukur kenal kalian.
Surabaya, 14 September 2016.
Sekian.
Tuesday, September 6, 2016
Kali Kedua
Bukan kayak lagunya mbak Raisa, kali keduanya beda lagi.
Selamat, kamu sudah dengan sabar menghadapiku selama dua tahun ini, Ris!
Sekarang tanggal 6 September 2016 yang rupanya manis sekali, kalo tahun lalu aku sendu saja ternyata di tahun kedua kamu sangat manis sekali. Kita pergi ke kafe di mana dulu pertama kali Aris bilang mau lebih dari teman entah apa maksudnya. Katanya dua tahun lalu, hari itu adalah hari yang tepat untuk mengeluarkan momentum. Terserah.
Jadi dua tahun lalu kita sempet sampai Tanjuk Perak tepi laut ya, nyaris ke Gresik loh tanpa obrolan yang masuk akal. Entah apa yang ada di pikiran kamu. Jujur aku bingung karena nggak mau kepedean secara kan senior itu jaga sikap dong masa diajak jalan jauh sama junior aja senengnya setengah mati, nggak lah. Malah takut diculik.
Jadi, terima kasih untuk hari ini kamu lucu sekali. Terima kasih untuk dua tahun lalu, setahun lalu, tidak hanya itu, terima kasih untuk hari-hari sebelumnya dan setiap harinya. Terima kasih Tuhan sudah menciptakannya dari rahim ibunya yang penyayang, dari ayahnya yang lembut hatinya. Tante terima kasih sudah melahirkan Aris meskipun kadang cueknya ampun-ampun, Laras suka nggak sanggup. Angkat tangan deh, ampun om anaknya dikasih apaan. Ris, ku yawyaw kamu ya! Ehehe...
![]() |
September 2014 |
September 2016 |
Tuesday, August 30, 2016
Dulu,
Dulu,
aku pernah dekat dengan seseorang.
Entah apa Ia bisa disebut. Dia ada ketika aku membutuhkan teman. Dengan satu sapaan, kami bisa mengenal satu sama lain. Terlalu spontan. Kami bisa bertemu beberapa menit kemudian hanya untuk sekedar “ngeronde yuk?”. Aku bisa menjadi apa adanya. Terlalu mudah untuk menjadi apa adanya, ketika bersamanya.
Pernah suatu malam,
dengan bodohnya kuperlihatkan wajahku yang basah air mata, Ia tertawa kemudian hening, iya hening, dia hening.
Jahe, atau ditambah susu,
itu penenangku saat malam. Iya, terlalu mudah ya?
Hanya karena keteledorannya yang selalu melupakan kunci motor, aku sudah terhibur dengan wajah paniknya. Ketika aku selalu membuang bahagiaku dengan satu helaan napas, Ia masih di sini. Iya di sini itu dekat denganku. Sampai pada akhirnya, mungkin memang... Iya... tetapi sesuatu di dalam hati ini selalu membantah jika aku merasakan yang lebih.
aku pernah dekat dengan seseorang.
Entah apa Ia bisa disebut. Dia ada ketika aku membutuhkan teman. Dengan satu sapaan, kami bisa mengenal satu sama lain. Terlalu spontan. Kami bisa bertemu beberapa menit kemudian hanya untuk sekedar “ngeronde yuk?”. Aku bisa menjadi apa adanya. Terlalu mudah untuk menjadi apa adanya, ketika bersamanya.
Pernah suatu malam,
dengan bodohnya kuperlihatkan wajahku yang basah air mata, Ia tertawa kemudian hening, iya hening, dia hening.
Jahe, atau ditambah susu,
itu penenangku saat malam. Iya, terlalu mudah ya?
Hanya karena keteledorannya yang selalu melupakan kunci motor, aku sudah terhibur dengan wajah paniknya. Ketika aku selalu membuang bahagiaku dengan satu helaan napas, Ia masih di sini. Iya di sini itu dekat denganku. Sampai pada akhirnya, mungkin memang... Iya... tetapi sesuatu di dalam hati ini selalu membantah jika aku merasakan yang lebih.
Tak lama,
ada cerita tentang dia dengan yang lain. Aku kebingungan. Kemarin membantah, hari ini tidak terima. Apa aku terlambat? Aku kurang sabar? Atau dia mudah menyerah? Atau memang aku yang bertepuk sebelah tangan? Atau memang kami sekedar teman baik? Baik. Dia tidak lagi di sini, tetapi di sana.
Setidaknya,
terima kasih telah ada di masa sulitku.
Setelahnya,
tanpa kabar, tiada sua.
ada cerita tentang dia dengan yang lain. Aku kebingungan. Kemarin membantah, hari ini tidak terima. Apa aku terlambat? Aku kurang sabar? Atau dia mudah menyerah? Atau memang aku yang bertepuk sebelah tangan? Atau memang kami sekedar teman baik? Baik. Dia tidak lagi di sini, tetapi di sana.
Setidaknya,
terima kasih telah ada di masa sulitku.
Setelahnya,
tanpa kabar, tiada sua.
Mengapa,
ketika semua sudah begitu jauh di belakang, kamu datang lagi?
Mengapa,
aku disembuhkan dan dilukai kembali?
Mengapa,
aku?
Hei! Aku tidak terlambat, kamu yang melewatkanku.
Tidak usah terus meminta maaf, bersikaplah biasa saja.
Ya sudahlah,
itu dulu.
ketika semua sudah begitu jauh di belakang, kamu datang lagi?
Mengapa,
aku disembuhkan dan dilukai kembali?
Mengapa,
aku?
Hei! Aku tidak terlambat, kamu yang melewatkanku.
Tidak usah terus meminta maaf, bersikaplah biasa saja.
Ya sudahlah,
itu dulu.
Friday, August 19, 2016
Yudisium Kedua
Setelah praktek kerja profesi selesai maka dilanjutkan dengan sidang profesi industri. Saya dapat giliran pada hari pertama jadwal selesai ya bagus saya pembuka, beberapa hari kemudian dinyatakan bahwa saya tidak mengikuti sidang ulang. Terima kasih kepada bapak-bapak malaikat, dosen saya yang sangat menyenangkan jika mengajar meskipun saya terkadang mengantuk karena terlalu lama ataupun dagdigdug karena ada tanya jawab, Prof Yuwono dan Pak Dwi. Juga kepada penguji industri dari PT Kimia Farma. Oke mereka nggak akan melihat postingan ini tapi ya bersyukur dan terima kasih tetap terkirim untuk mereka dan Tuhan tentunya, terima kasih, Tuhan!
_____
Yudisium kok nagih ya? Kali ini yudisium untuk profesi apoteker, rasanya senang juga lega. Kelas D 2011, lima tahun sama mereka itu kayak gimana ya... makin ke sini makin sayang. Sekarang sudah lulus jadi apoteker setelah dihempas badai ujian-ujian yang nggak tau lagi kalo nggak ada kalian. Sedih ada, karena ini tahun terakhir kami dan kami nggak lengkap. Buat yang belum, kami doakan agar segera menyusul dan bertemu di dunia orang dewasa hahaha. Nggak ada lagi praktikum bareng, nyuci buret, rebutan statif yang imbang atau ganti beaker glass yang pecah, nugas sampai malam, kelayapan di kampus sampai gelap ataupun main bareng ke nikahannya siapa gitu. Nanti bakal sibuk dengan hidup masing-masing.
_____
Yudisium kok nagih ya? Kali ini yudisium untuk profesi apoteker, rasanya senang juga lega. Kelas D 2011, lima tahun sama mereka itu kayak gimana ya... makin ke sini makin sayang. Sekarang sudah lulus jadi apoteker setelah dihempas badai ujian-ujian yang nggak tau lagi kalo nggak ada kalian. Sedih ada, karena ini tahun terakhir kami dan kami nggak lengkap. Buat yang belum, kami doakan agar segera menyusul dan bertemu di dunia orang dewasa hahaha. Nggak ada lagi praktikum bareng, nyuci buret, rebutan statif yang imbang atau ganti beaker glass yang pecah, nugas sampai malam, kelayapan di kampus sampai gelap ataupun main bareng ke nikahannya siapa gitu. Nanti bakal sibuk dengan hidup masing-masing.
![]() |
"Rasanya kurang afdol kalau tidak posting 'kegaduhan' foto kelas post-yudisium ... bahkan sepertinya kita kelas yang bisa dibilang 'hampir kenyang' entah dicaci maki atau dirasani satu kampus (?) Ah bodo amat, paling tidak saya tahu bagaimana mencari 'surga' diantara betapa 'neraka'-nya Farmasi, semuanya ada di kalian hei diampud (!) Semoga tali silaturahmi kita tidak berhenti hanya di jenjang titel, tapi masih berlanjut hingga reuni anak cucu nantinya (?)" — @noirwanabhud |
Perubahan dalam hidup, wajar terjadi. Kehilangan itu pasti tapi kenangannya tetap ada. Proses pendewasaan dimulai kembali. Selamat, sejawat! Sampai jumpa September di Sumpah Apoteker 102. Terima kasih untuk kalian.
Dan selamat untukmu sudah lulus ujian skripsinya. Meskipun tidak mau ditonton tapi ku selalu doakan yang terbaik. Silakan menunggu yudisium, semoga berhasil dan sampai jumpa di wisuda bulan September! Bangga padamu, salam sayang.
Surabaya, 19 Agustus 2016.
Sekian.
Monday, May 16, 2016
Selamat Ulang Tahun, Kita! (2)
Kalo di posting-an sebelumnya yaitu Selamat Ulang Tahun, Kita! tentang ulang tahun Aris, sekarang di bagian kedua kita masuk ke Bulan Mei, bulannya aku.
5 Mei 2016.
HARI ULANG TAHUN LARAS.
Berantem melulu nggak karuan, dua bulan lebih nggak ketemu. Apalah arti kata rindu apabila tidak bertemu? Aris ngelab terus seharian, kalo di kampus nggak pernah ngabarin. Sekalinya ngabarin cuma nyapa "Laras". Terus kenapa? Ya ngambeklah gua, gua berenti ngasih kabar dan nggak dicariin. Dua hari gua diemin, geram, yaudah. Terserah, mau alesan "Aku nggak mau ganggu kamu PKPA" lah, "Aku nggak mau ganggu kamu istirahat" lah. Bodo.
Tanggal 2-6 Mei, PKPA libur, long weekend. Aslinya sih udah selesai, tapi diperpanjang jadi masuk lagi tanggal 9 Mei. Sempet mau ikut bapak ibu ke Pontianak tapi nggak jadi karena perpanjangan PKPA yang ternyata baru minggu depannya. Oke gpp (kzl). Sebenernya nggak mikirin ulang tahun banget secara udah gede. Ucapan buat apa sih kalo tanpa kehadiran, ya nggak? Asique.
Rabu. Main-main sama Arie si jambul wudpeker dari Bekasi yang berkunjung dan Ayun Yoan yang masih tersisa di kos Arafuru. Nggak pake kode lagi, langsung minta bikinin kue oreo cheesecake ala Arie yang endes banget buat hari H nanti. Ayun juga nawarin buat mengabulkan seluruh permintaan gua, bukan main percaya diri. Aku santai, sembari membalas chat Aris yang sepertinya lagi chat-chatan licik sama Ayun. Pernah, salah kirim yaudahlah terserah gua capek kan. Kemudian mang Tardi dateng bawa paketan dari JNE, kotak beridentitaskan sepatu dari Aris. Ketawa. Senasib kayak gua. Gagal 1. Selesai.
Pada hari sebelumnya mamas pulang dari Jogja dan tengah malem di Hari Kamis, Muis dan Noval yang sudah balik ke Tuban dan Surabaya ngajak group call di LINE. Aisha ajak video call dan ngucapin selamat ulang tahun kemudian Ayun keluar kamar dan masuk bawa dua potong kue dan lilin yang kayak kampret susah banget ditiup. Ayun dan Yoan merasa gagal karena Aisha salah waktu. Gagal 2. Selesai.




![]() |
Terima kasih untuk 5 Mei-nya |
Tuhan, terima kasih untuk 23 tahun ini!
Yesaya 54:10 Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.
Selesai.
Saturday, May 14, 2016
Selamat Ulang Tahun, Kita!
Oke. Mau berbagi cerita bahagia dulu nih. Tulisan blog tahun
lalu belum ketutup tapi cerita dengan judul yang sama di tahun ini sudah muncul
lagi. Bener-bener sibuk deh setelah punya gelar hehe gaya banget ya. Jadi ada
dua cerita nih, mulai ya!
12 April 2016.
SELAMAT ULANG TAHUN, ARIS!
Jadi, sekarang gua masih di Jakarta, waktu dia ulang tahun kemarin gua nggak bisa ke Surabaya karena gua lagi PKPA kan. Gua udah nyiapin satu notes sebagai kado pemanis buat dia kuliah dan gua kebingungan nyari kado yang sebenarnya. Gua nanyain Yoga sahabatnya Aris lagi kepengen apa. Terus jawabannya, dia lagi kepengen makan rempela di angkringan. Kan gua pusing. Engga deng. Dia lagi kepengen sepatu atau jam tangan, oke. Barang cowok nggak ada yang murah dan gua jadi pusing beneran. Belum ada niat ngasih kado baju, udah dimarahin duluan sama Yoga katanya Aris udah kayak distro flanel. Okesip, enggak itu. Setelah keribetan terjadi (maafin aku ya Devi, pacarnya diribetin), selesai sudah. Dan bagaimanapun caranya rahasia, gua beli deh tuh jam tangan pake perjuangan. Pake bete, pake was-was, pake pegel, pake lepek, pake kangen, pake sebel, pake cinta, pake malu sumpah malu. Sekian.
Karena ulang tahunnya Hari Selasa, jadi Sabtu gua ke JNE sama Ayun soalnya takut Minggu tutup dan Senin nggak sempet kalo pulang dari kantornya aja malem. Terus berkali-kali gua bilang sama abangnya sampai abangnya paham dan bisa mengulang apa yang gua bilang, "Bang, ini penting ya. Pokoknya paketan ini nggak boleh ditulis isinya apa dan nyampenya harus Hari Selasa ya, nggak boleh kurang dan nggak boleh lebih. Soalnya ini kado, ulang tahunnya baru Selasa dan Senin saya gabisa maketin. Saya bayar yang YES (Yakin Esok Sampai) tapi dikirimnya Senin ya". Bayar, pulang tenang.

![]() |
Lapor malam |
![]() |
Lapor pagi |
![]() |
Lapor kue |
Filipi 4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Monday, April 4, 2016
Kangen aja, sih.
Dulu yang namanya nge-blog, sudah menjadi makanan
sehari-hari. Dulu yang namanya nge-blog, sudah menjadi tempat pelarian kalau
gua mau cerita. Tapi sekarang, buka laptop untuk hal selain laporan aja susah. Untuk
mendapatkan sinyal yang kuat di rantauan, hanya bisa di tempat makan donat di
samping Kebun Bibit dan pojok sinyal di ujung Jalan Kayoon. Kampus? Jangan
harap, kritik dan saran ke badan legislatif kampus sudah, tapi ya belum
terfasilitasi banget. Sekarang mumpung di rumah, wifi hanya milik saya dan
teman-teman anak kos Arafuru. Jadi, gua kembali lagi ke sini, ya kangen aja sih.
Next,...
Jadi, singkat cerita. Gua lagi menjalani kuliah profesi
apoteker dan itu setahun lamanya. Salah satu syarat untuk apoteker itu adalah
mengikuti kegiatan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker). Oiya, fyi! Gua ambil
jurusan industri, kenapa? Karena gua nggak sanggup buat ambil jurusan rumah sakit
yang mata kuliahnya aja kayak nggak suka gitu sama gua, kebalik. Nggak, nggak,
gua emang jiwa petualang kok, emang maunya di industri karena nggak suka bau
rumah sakit.
Kemudian, ya gua
diterima sebagai mahasiswa PKPA periode Maret - April akhir nanti di industri asing terkenal banget di dunia, salah
satu cabangnya ada di Indonesia tepatnya di Kawasan Industri Pulogadung,
Jakarta. Karena gua anak rumahan kalem banget gitu ya gua pilihlah di Jakarta biar
deket dari rumah. Industri tempat gua PKPA itu yang punya produk parasetamol
dan pasta gigi yang sering banget nongol di televisi. Gua akuin emang bagus
banget, comply (bawaan kantor, ceh
kantor) banget mungkin karena milik asing dan safety is number one. Gila bener-bener keamanan pekerja jadi dewa
di sana, penting itu men menentukan kualitas juga loh!
Btw... Bapak, ibu
dan mas nggak di rumah. Jadi selama PKPA di Jakarta dengan waktu yang sangat
tidak singkat di rumah ini, gua tetep ngerasa jadi anak kosan. Ya gimana, bapak
sibuk kerja dan layaknya seorang istri untuk mendampingi. Mas sibuk kuliah S2. Mereka
bertiga kumpul di Jogja dan di Jakarta ini gua jadi anak abang ojek. Untung ada mbak
Dedeh dan mbak Rini juga... para badung blapak ketimplung ketimplang. Ya anak
kos Arafuru yang gua bilang di awal tadi, Ayun si juragan mendoan dari Kebumen,
Aisha si bule medok dari Surabaya, Muis si tuan muda konveksi dari Tuban, Yoan
si emak Larva benalu dari Surabaya dan Noval si kaum berada dari Madura. Bukan main,
rame berasa di Surabaya, mereka-mereka lagi. Mengurangi sepi, terima kasih.
AKU LDR. Itu penting,
informasi penting. Nggak cuma sama bapak, ibu dan mas tapi sama pangeran
berkuda Revo-ku yang asli dari
Bontang. Ah, kangen. Dua bulan lebih ini mah ngga bakal ketemu, nggak mungkin
juga si pejuang skripsi itu ke Jakarta di masa sulitnya sekarang, maaf ya nggak
bisa nemenin di sana. Lagian kamu kan bisa apa-apa sendiri tanpa aku, yeuh baper
najis. Tapi kalo kangen, pasti aku senang kok. Gua doang kali yang kangen. Yaudah
sekian, semangat ya para orang-orang yang aku LDR-in ku sayangi semua muah doakan aku juga!
Nyet, tugas gua banyak. Pulang malem terus, gua undur diri
dulu ya, sampai jumpa di kisah nyata berikutnya. Sampai jumpa, Sparkler!
Friday, March 18, 2016
Maret.
Bulan ini.
Saya diajarkan untuk semakin dewasa.
Saya diajarkan untuk semakin kuat.
Saya diajarkan untuk bisa mengambil keputusan dengan cepat.
Saya diizinkan belajar di ibukota.
Saya berada di rumah saya yang sesungguhnya.
Ibu datang dari tengah, begitupun bapak di kemudian hari.
Malam itu penuh bintang bagi banyak orang, tetapi tetap gelap bagi saya.
Kedua orang tua saya yang tidak seperkasa dulu.
Kedua orang tua saya yang sekarang lebih butuh saya.
Kedua orang tua saya yang selalu saya cintai.
Segala kesulitan yang keluarga saya dapatkan,
segala cobaan yang keluarga saya dapatkan,
kata bapak harus dijalani,
kata ibu harus disyukuri.
Hentakkan tanah mengajarkan bahwa kami saling membutuhkan.
Tamparan angin mengajarkan bahwa kami butuh lebih dekat.
Putaran bumi mengajarkan bahwa waktu bersama harus lebih banyak.
Sudah terlalu lama berpencar, sudah terlalu lama sibuk sendiri.
Indahnya beriringan.
Indahnya saling melengkapi.
Indahnya hangat pelukan keluarga.
Indahnya bisa merasakan cinta.
Tuhan, berkatilah.
Lekas sembuh ya, Pak!
Jaga kesehatan ya, Pak, Bu, Mas!
Saya diajarkan untuk semakin dewasa.
Saya diajarkan untuk semakin kuat.
Saya diajarkan untuk bisa mengambil keputusan dengan cepat.
Saya diizinkan belajar di ibukota.
Saya berada di rumah saya yang sesungguhnya.
Ibu datang dari tengah, begitupun bapak di kemudian hari.
Malam itu penuh bintang bagi banyak orang, tetapi tetap gelap bagi saya.
Kedua orang tua saya yang tidak seperkasa dulu.
Kedua orang tua saya yang sekarang lebih butuh saya.
Kedua orang tua saya yang selalu saya cintai.
Segala kesulitan yang keluarga saya dapatkan,
segala cobaan yang keluarga saya dapatkan,
kata bapak harus dijalani,
kata ibu harus disyukuri.
Hentakkan tanah mengajarkan bahwa kami saling membutuhkan.
Tamparan angin mengajarkan bahwa kami butuh lebih dekat.
Putaran bumi mengajarkan bahwa waktu bersama harus lebih banyak.
Sudah terlalu lama berpencar, sudah terlalu lama sibuk sendiri.
Indahnya beriringan.
Indahnya saling melengkapi.
Indahnya hangat pelukan keluarga.
Indahnya bisa merasakan cinta.
Tuhan, berkatilah.
Lekas sembuh ya, Pak!
Jaga kesehatan ya, Pak, Bu, Mas!
Thursday, March 3, 2016
Sarjana.
Halo, bloggersss!
Jumpa lagi setelah hampir setahun ya gua engga nongol di sini. Kangen juga sih nulis kayak gini apalagi judulnya "Sarjana". Haha setahun, gua sibuk kuliah dan perintilannya buat berani bilang "Sarjana" tanpa hoax. Wah gimana banget gitu ya. Dari dulu yang SMA cita-citanya the one and only hanya menjadi arsitektur tanpa embel-embel lainnya, sekarang sudah sarjana calon perancang obat, yang ahlinya obat. Bangga, sudah pasti. Gimana engga, gua bisa survive di fakultas yang sangat tidak ada di bayangan gua sedikitpun. Jurusan kesehatan tuh sangat engga ada bayangannya, engga engga dan engga pokoknya. Ya lagi-lagi keseringan makan omongan makanya gendut.
Jadi... Nama gua dah panjang gitu. Gabriela Larasati Swastiandari, S.Farm. dan sekarang lagi ngelanjutin program profesi apoteker masih di Unair Surabaya juga selama setahun, sekarang dah jalan satu semester. Doain aja dikit lagi ya soon to be Apt.
Bukan karena gua bisa survive dan nambahin nama jadi panjang doang bangganya tapi karena gua bisa ngundang Bapak, Ibu dan mas Ndaru ke Surabaya buat liat gua wisuda. Selesai wisuda dapet banyak bingkisan dan gila banget lah dapet cokelat banyak dari Bapak, bingkisan dari Ancol di Jakarta kaget banget kan, dapet pelukan ah gila seneng banget lah bisa pake toga dan foto bareng keluarga. Bangga banget deh parah meskipun nilai gua hanya memuaskan tapi teteplah engga boleh cepat nyerah dan cepat merasa puas. Sekarang gua lagi praktek kerja profesi di industri yang sesuai sama kemauan gua, doain aja semoga lancar dan must be there again to be its part, enak.
Bahas Sarjana dulu deh.
Bagi gua, Sarjana itu belum ada apa-apanya, ini masih awal banget dari perburuan hidup. Bangganya masih belum sebanding sama bangganya gua ke orang tua gua yang udah sangat berjasa dan manis sekali dalam merawat anak-anaknya. Ah terharu... yaw! Terima kasih Bapak Ibu. Ya intinya gua bahagia bangetlah jadi anak mereka dan adek dari mas. Tuhan memberkati.
And they must know that their little girl is stronger than they think. Merantau jauh bukan mau gua, jauh dari rumah dan jauh dari perhatian orang tua, tidur di kamar sendirian, tahun pertama belum cocok sama makanan di sana yang kebanyakan petis. Seada-adanya lah itu kangen rumah. Kuliah pamit sama bapak ibu lewat chat, engga ada suara anjing-anjing gua, engga ada mas Ndaru yang heboh main laptop.
And they must know that their little girl is stronger than they think. Merantau jauh bukan mau gua, jauh dari rumah dan jauh dari perhatian orang tua, tidur di kamar sendirian, tahun pertama belum cocok sama makanan di sana yang kebanyakan petis. Seada-adanya lah itu kangen rumah. Kuliah pamit sama bapak ibu lewat chat, engga ada suara anjing-anjing gua, engga ada mas Ndaru yang heboh main laptop.
Dan akhirnya, sampai juga di semester 7. Sidang pengajuan skripsi, pertama kali yang namanya kelabakan sendiri di kamar kost, belajar kemana-mana pake pengorbanan. 10 Februari 2015 lulus sidang proposal. Sampai lagi di semester 8 dengan tantangan yang lebih berat, sidang skripsi bersamaan dengan kerja di laboratorium setiap hari. Puji Tuhan, 12 Agustus 2015 lulus sidang skripsi dilanjut pengesahan menjadi seorang sarjana Farmasi, yudisium tanggal 19 Agustus 2015. Yap, menjadi sarjana engga afdol kalo engga wisuda, benar-benar resmi menjadi sarjana pada 20 September 2015. Mas dateng setelah kuliahnya dua hari sebelum wisuda dari Jogja, dan Ibu dari Jakarta. Besoknya Bapak dateng setelah urusan kerjaan dari Jogja. Bener-bener bikin terharu, disempet-sempetin meskipn mereka semua sibuk. Terima kasih, Ibu Bapak Mas.
Terus, pendamping di Surabaya, Aris. Sabar banget ngadepin gua yang sensitif apalagi kalo hasil penelitian gua jelek engga sesuai keinginan. Kasian... dikeluhin nerima aja. Terima kasih ya, manis. Juga teman-teman tersayangku, yang selalu bisa bikin ketawa di tengah kerisauan kita, kalian gendeng, da best! Ayun, Aisha, Arie, Muis, Yoan, Kelompok 6 yang sudah 4 tahun ngerasain sekelompok sama gua buat bikin laporan sama nyuciin beaker glass and take care of our Pyrex gendeng mahal, temen-temen seperjuangan kelas D, huhu sekarang kangen.
Dan sekarang gua harus ngerjain tugas, lanjut lagi besok-besok ya! Sampai jumpa.
*bonus foto
Hadiah selepas sidang, suwun, rek! |
Keluarga cemara <3 td="">3> |
![]() |
Pangeran batikku |
![]() |
Hadiah wisuda, rek suwun sing katah rek! |
Wong edyan sing garai kerasan |
Diampud tenan, rek! |
Subscribe to:
Posts (Atom)